Maybe You Should Talk To Someone.

Hiyaaa~~ kapan ya terakhir kali ngomongin buku di blog ini? Perasaan udah lama banget nggak pernah ngomongin tentang buku selain lewat konten JanexLia πŸ˜‚. Mungkin karena hal itu, makanya semalam ada 1 judul buku yang tiba-tiba terlintas di pikiranku, seolah kayak diingatkan "bahas buku keleuss, Liii" 🀣. Oke, daripada nanti aku ((dimarahin)) lagi oleh buku-bukuku yang nggak pernah dibahas, marilah sekarang kita angkat sebuah buku untuk digosipin bersama 🀣.

Buku yang kali ini ingin aku ceritakan adalah sebuah buku memoar seorang terapis yang udah diterjemahkan juga ke dalam Bahasa Indonesia. Buku yang tidak tipis, tapi isinya bagusss sekali dan entah berapa kali bikin aku menitikkan air mata πŸ˜‚ (dikit aja, nggak sampai banjir kok 🀣). Sampai sini udah ketebak belum judul bukunya? πŸ˜‹.

Kalau belum ketebak, sini aku bisikin judulnya~ judulnya adalah Semua Orang Butuh Curhat atau Maybe You Should Talk To Someone oleh Lori Gottlieb. Sebelumnya, aku ingin colek dan berterima kasih kepada Kak Reka yang secara nggak langsung udah meracuniku untuk membaca buku ini 🀣

Semua Orang Butuh Curhat/Maybe You Should Talk To Someone | Rating, blurb & ulasan di Goodreads. | Pict by me.


Buku aslinya yang ditulis dalam Bahasa Inggris berisikan lebih dari 400 hal, sedangkan yang udah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia berisikan lebih dari 600 hal. But, in my opinion, 600 hal itu nggak berasa setebal itu karena gaya kepenulisannya yang mengalir banget dan cerita-ceritanya juga menarik untuk diikuti. Bahkan karena aku membacanya juga dicicil per hari berapa halaman sehingga hampir 1 bulan baru selesai, namun begitu selesai membaca, aku malah sedih karena menurutku ceritanya kurang banyak 🀣.

Lewat buku ini, kita akan diajak untuk melihat sisi lain dari seorang terapis. Seorang terapis meskipun terlihat kuat di luar, namun mereka juga mempunyai permasalahan hidupnya sendiri dan nggak jarang mereka juga membutuhkan terapis untuk dirinya sendiri. Hal ini yang aku suka dari buku ini karena Lori nggak segan untuk menceritakan dan terbuka bahwa dirinya yang seorang terapis juga rapuh dan punya masalah, serta membutuhkan seseorang yang bisa diajak untuk mendengarkan curhatnya dan oleh karena itu, dia memutuskan untuk mencari terapis untuk dirinya.

Selain itu, di buku ini juga menceritakan kisah hidup dari pasien-pasien Lori dan bagaimana mereka yang tadinya terpuruk dan tertutup mulai mengubah dirinya dan menjadi lebih terbuka pada dirinya sendiri. Kita diajak melihat transformasi para pasien Lori, melihat masalah mereka, kerapuhan mereka, sampai akhirnya mereka bangkit atau tidak bangkit pada akhirnya. Rasanya seperti kita berada di ruang terapi yang sama dengan mereka πŸ₯Ί dan ketika kita melihat bahwa pasien Lori akhirnya bisa bangkit dari keterpurukannya, rasanya ikutan lega dan bahagia juga 😍.

Membaca buku ini membangkitkan cita-cita lamaku untuk menjadi seorang terapis. Aku semakin-makin ingin menjadi seorang terapis, tapi begitu teringat harus bikin thesis untuk lulus nanti, langsung luluh lantah keinginannya 🀣 #plakk. Btw, aku jadi pengin banget ketemu Lori karena sosok Lori sebagai terapis tuh seperti sosok sempurna seseorang yang kita butuhkan untuk curhat πŸ™ˆ.

Aku jadi tahu banyak hal baru dan aku jadi sangat amat berusaha untuk bisa lebih berempati dengan sesama karena buku ini. Kadang apa yang kita lihat di luar, berbeda jauh dari apa yang ada di dalam lubuk hati. Ketika kita melihat seseorang yang begitu keras, kasar, mudah marah, barangkali ada terlalu banyak beban yang dia pikul di dalam hatinya sehingga membuat dia menjadi pribadi seperti itu. Kadang ada orang yang terlihat terlalu rapuh di luar, mungkin memang dia butuh perhatian dan kasih sayang ekstra.

Dan, yeah, kita semua memang butuh seseorang yang bisa kita andalkan untuk mendengarkan curhat kita, bukan? Karena kalau semua dipendam sendiri, bukankah lama-lama hal itu menjadi beban yang terlalu berat untuk kita sendiri? Dan jangan pernah malu untuk pergi ke terapis karena it helps a lot!

Jadi, dengan senang hati aku merekomendasikan buku ini ke teman-teman semua, terlebih lagi untuk teman-teman yang memang suka membaca genre memoar dan seputar psikologi. It’s recommended! 🌟

Untuk buku terjemahannya bisa didapatkan di Gramedia dan Gramedia Digital. Untuk buku dalam Bahasa Inggris bisa didapatkan di Periplus, Kindle atau platform digital lainnya, ya πŸ˜‰. Pastikan bukunya ORI dan LEGAL, BUKAN REPRINT, REPRO, CETAK SENDIRI, CETAK SESUAI PESANAN, CETAK DARI KINDLE, GRADE ORI, CUSTOM KERTAS DAN COVER, dan sejenisnyaa. Pokoknya beli di toko buku yang terpercaya saja, yaaa gaesss~




Teman-teman yang butuh rekomendasi psikolog yang terpercaya, bisa dibaca pada tweet di atas, ya 😁 



Apakah teman-teman udah baca/pernah dengar buku ini? 

Let me know!

32 komentar

  1. 600 HALAMAN? DAEBAK πŸ˜†

    Terakhir baca buku tebal itu buku Becoming, dan belum ada baca buku tebal lainnya lagi πŸ˜‚ Eniho, as usual, kakak jadi dapat tambahan judul buku baru dan bagus setelah baca rekomendasi Lia 😍 Menarik bukunya, dan setuju sih, yang namanya terapis juga manusia, pasti butuh tempat curhat 😁

    Menurut kakak, Lia cocok jadi terapis, karena Lia tipe pendengar yang baik. Seenggaknya itu yang kakak rasakan selama hampir dua tahun kenal sama Lia. Tapi proses ke sananya memang butuh waktu cukup panjang yaaah, memikirkan harus buat tesis dulu sudah keburu meleduk kepala 🀯🀣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku bacanya ngos-ngosan itu, Kak 🀣 *dikata lagi lari marathon kali*

      Buku Becomingku belum dibaca-baca dong, Kak 🀣 *malah bangga*, tapi aku udah dengar ringkasannya dan ceritanya bagusss yaa! 😍. Kalau nanti Kakak jadi baca buku ini, semoga sukaaa 😁

      Kak Enoooo bikin aku blushing πŸ™ˆ terima kasih untuk semangatnyaa! Aku masih merasa belum cukup menjadi pendengar yang baik sebenarnya πŸ˜‚, tapi komentar dari Kakak bikin hariku lebih cerah eaaak πŸ™ˆ terima kasih ya, Kak! Dan iya.. mikirin thesis aja udah keburu bikin kepala meleduk 🀣 langsung bikin mundur cantik perlahan begitu ingat thesis 🀣

      Hapus
  2. Baca judul buku ini langsung keinget Reka, dan bener aja kamu juga nyebut nama Reka di sini, hauhahaha. Lii, buku ini vibe-nya mirip I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki nggak? Gloomy-gloomy gitu? Soalnya tuh ya baca buku yang kayak gitu aku harus prepare diri juga karena suka "kebawa", huhuhu.

    Dan cerita gimana terapis butuh terapis itu kayak roda berputar aja, yak. Membuktikan setiap manusia itu butuh satu dengan lainnya supaya bisa tetap bertahan. Salut akutu sama terapis, psikolog, psikiater pokoknya mereka-mereka yang kerjaannya mengurus kejiwaan orang lain. Semoga mereka dan tentunya kita semua bisa diberikan kemampuan untuk menjaga kesehatan mental yang masing-masing ya πŸ™ŒπŸΌ

    Anyway, Lia jadi terapis? KUYYY 🀣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ciii Jane, karena aku belum baca buku Tteokpokki itu (iya belum baca πŸ˜‚) jadi nggak bisa bandingin~ tapi menurutku buku ini bukan gloomy yang dark, lebih ke sedih gitu gloomynya dan itu memang proses kehidupan yang dijalani para pasien. Lebih baik prepare kesiapan mental dulu, no problem 😁

      Yesss!! Salut banget sama mereka karena it must be so hard untuk berada di jalan ini, tapi mereka mau, so salut sama mereka πŸ‘

      HIAHAHAHA KUY KEMANA NIH CI 🀣 Cuma pengin aja dulu~ terjun benerannya nggak tahu kapan 🀣 yang penting mimpi dulu lha ya 🀭

      Hapus
  3. Sepertinya aku pernah menonton film yg berkaitan dgn terapis ini, seorang terapis wanita yg nikah sama duda beranak satu, alias memiliki anak tiri yg sedikit membangkang membuatnya sedikit stres sehingga dia minta bantuan temannya sesama terapis untuk menerapi dirinya tapi tidak mudah, seorang terapis yg di terapi oleh seorang terapis lainnya otomatis saling sangkal karena ilmunya setara pada akhirnya jadi makin stres hahaha.. endingnya anak tirinya ingin membunuhnya tapi malah dia yg membunuh anak tirinya, berhubung yg bikin stres anak tirinya dan setelah mati maka hilang juga stresnya, wkwk

    Ayo Kak Lia jadi psikolog juga biar aku jadi pasiennya wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Endingnya plot twist sekali, Kak Jaey 🀣.

      Wkwk Kak Jaey percaya mau jadi pasien aku? 🀣🀣

      Hapus
  4. wowww quotenya dari sonyaerika
    sepertinya baru kali ini aku baca review buku mengenai perjalanan seorang terapis. Nggak terbayang juga kalau profesi terapis punya banyak pengalaman yang bisa diceritain dan bonusnya dibukukan

    hehehehe ini temen temen banyak yang dukung Lia jadi terapis lho, gimana mau dipertimbangkan nggak? gassskannnn

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga baru pertama kali baca nih, Kak Inun, dan nggak nyangka bahwa isinya menarik banget dan bikin kepo sama hal-hal seputar dunia terapis πŸ™ˆ

      WKWKWK udah dipertimbangkan, tapi kalau digas-kannya menunggu thesis hilang dulu 🀣 *gubraks*

      Hapus
  5. Lia ndak pengen jadi psikolog...? aku siap kok jadi pasiennya. Nanti aku bayar pakai cookies...wkwkwkwk
    Beruntung sih buat mereka yang bisa bercerita dan mengekspresikan apa yang sedang dia alami. Baik itu sebuah masalah atau hal apapun. Karena tidak semua orang bisa melakukan hal tersebut. Gatau mau mulai cerita dari mana, kepada siapa, gimana berceritanya, hingga apa respon orang yang mendengar cerita kita.
    Dan sangat beruntung bagi mereka yang bisa menjadi pendengar yang baik untuk cerita orang lain. Ga banyak orang yang bisa melakukan hal kayak gini. Mendengarkan jadi hal yang sangat penting di dalam kondisi yang sangat berisik seperti sekarang ini. Semuanya pengen didengarkan, tapi tidak mendengarkan.
    Bercerita dan mendengarkan adalah dua hal yang berkaitan.


    duuh, hari minggu jadi bahas hal berat kayak gini.
    selamat hari minggu lia dan keluarga :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kak Rivai yakin ingin jadi pasienku? WKWK takut nyesel nanti 🀣.

      Betul betul. Butuh keberanian extra untuk bisa bercerita kepada orang lain, apalagi kalau kejadiannya traumatic dan bikin fobia, lebih susah lagi untuk membuka diri. That's why katanya Lori di buku ini sih, satu pasien bisa sampai lebih dari 3 pertemuan untuk bisa berani terbuka dengan kisahnya πŸ˜‚
      Dan betul~ menjadi pendengar yang baik itu nggak mudah dan beruntung sekali bagi mereka yang bisa dan dipercaya menjadi pendengar yang baik~ bisa dibilang sebuah privillege kataku 😁

      Selamat hari... Kamis, Kak Rivai~ maafkan aku balas komentarnya lama banget sampai udah berminggu-minggu πŸ˜‚

      Hapus
  6. Wah ini buku tentang terapis yang bagus, tapi kok beda jauh jumlah halamannya, kalo versi asli cuma 400 halaman, kalo terjemahan 600 halaman, mungkin karena ada kisah-kisah pasien lori yang jadi panjang kalo diterjemahkan kali ya.

    Tapi memang betul sih, kalo buku bagus dan enak dibaca, 600 halaman juga singkat saja, tahu-tahu sudah tamat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya kalau buku terjemahan cenderung lebih tebal, Kak Agus, sebab Bahasa Indonesia kosakatanya lebih panjang-panjang gitu πŸ˜‚

      Hapus
  7. Susahnya orang yg ngerti ilmunya cari tempat bicara πŸ˜…...sebaiknya tsurhatnya memang ke org yg lebih tinggi ilmunya atau dihormati, misal seniornya, guru besarnya, dosennya,dsb.

    Wah terapis. Itu baik sekali. Kl boleh tahu mbak Lia background pendidikannya jurusan apa ya? πŸ˜…

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul~ seperti Lori ini, terapis yang mencari terapis. Untungnya bisa ketemu dengan terapis yang cucok hahaha.

      Huahahaha background jurusanku nggak ada hubungannya dengan psikologi, Kak Pheb πŸ˜‚. Harus belajar dari 0 kalau ingin jadi terapis wkwk

      Hapus
  8. Arrrggghhh buku ini.. 😍😍
    Di gramdig aku baru baca sedikit.. abis itu langsung kepengen beli buku fisiknya.. nnti dehh tak belii..

    Btw tipenya samaan kaya Buku I want to die but I want to eat toppoki nggak Li??
    Buku IWTDBIWTET (maksa bner singkatannya πŸ˜…) unik sih menurutku.. Lia pasti udah baca ya..
    Aku lagi baca yg kedua.. tapi lagi berhenti karena lupa kebawa.. 🀣🀣

    Btw lagi aku suka banget sama kalimat Lia.. berasa macam Terapis juga.. hehe πŸ˜… tapi Lia cocok sih.. pribadi semenyenangkan Lia pasti bisa menutup rasa sedih atau kesunyian teman2.. *asikkkk sambil megangin Lia biar nggk terbang πŸ˜›

    BalasHapus
  9. Wohooo akhirnya buku ini di bahas juga sama Liaa. Oh Lia beli buku fisiknyaa? Waktu baca emang udah beli bukunya atau baru beli? πŸ‘€

    Dan betul sekali...memang aku setuju dengan Lia, bahwa kemungkinan besar apa yang kita lihat dari luar hanya bentuk dari permukaannya saja, yang tau seluk beluk hati terdalam itu manusianya masing2 dan psikolog ataupun terapis istilah nya kayak sebagai media, mereka membantu untuk membimbing, yang menjalani dan cari jalan keluar tetap ada di tangan individunya. Tapi yaa untuk beberapa orang, menyampaikan keresahan itu jadi hal yang sulit buat mereka, ada yg legowo mau menerima fakta2 masalah yg dihadapinya, ada juga orang yg kerap kali menyangkal ttg kenyataan masalah yg sedang dialami .. kayak si John itu, Lii πŸ‘€ . Aku tuh baca ini kayak lagi dengerin dosen curhat haha. Intinya mah baca aja dah buku nya wkwkwkk karena kurasa semua orang kayaknya mesti baca setidaknya sekali seumur hidup, betul gak Lii?😁

    Thankyou Lii sudah menuliskan ulasannya, eh maap ya kok komentar ku jadi terasa kayak ceramah panjang πŸ˜…

    BalasHapus
  10. Aku baru tahu buku ini dan shock jugaaa pas tahu 600 halaman. Buanyaaak jugaa yaaa Liiii.. Buku tertebal yang pernah aku baca sejauh ini Aroma Karsa kayanyaa. Memang kisah dunia psikologi itu selalu menarik. Aku yang kuliah di bidang itu pun selalu tertarik untuk topik-topik mengenai psikologi. Karena seperti ga ada habisnya dan selalu menemukan hal baru. Tentunya kan tiap orang beda-beda yaaa hhhee..

    Apa Lia sebelumnya kuliah psikologi? Soalnya kamu tertarik mau jadi terapis hhhee..

    BalasHapus
  11. namanya juga manusia, butuh manusia lain.. kayak dokter atau tukang cukur misalnya.. kalo dokter sakit, ga mungkin bisa mengobati diri sendiri.. juga tukang cukur, gimana coba nyukur dirinya sendiri.. 🀣

    membaca sisi lain seseorang memang selalu menarik! πŸ˜†

    BalasHapus
  12. 600 halaman? OMG Lia, aku butuh berbulan-bulan pasti buat menyelesaikan baca buku ini, tapi kalau ceritanya menarik aku bacanya cepat sih.

    Yang menarik dari buku ini adl mengangkat kisah seorang terapis, kayaknya jarang ya yang ngangkat kisah terapis dan lika-likunya ke dalam buku, unik sih.

    BalasHapus
  13. Waaaa aku malah sampai lupa kapan Mbaca Buku sampai TAMAT :(

    BalasHapus
  14. Halo Kak Lia! Long time no see! Semoga sehat-sehat yaa...

    Well, aku baru tau kalau cita-cita Kak Lia jadi terapis! Woaw.. mulia banget :) Menurutku, jadi seorang terapis juga punya beban moralnya sendiri. Kadang, karena dianggap mampu menyembuhkan orang lain, nggak jarang ada yang menyematkan bahwa terapis atau profesi sejenis bisa menyembuhkan diri mereka sendiri. Padahal, terapis juga manusia,, punya rasa, punya hati , aksksksk :D Dan balik lagi, namanya manusia kan butuh manusia lainnya, ya kan Kak Lia?

    Anyway, aku dukung Kak Lia kalok mau lanjut jadi terapis! Tenang aja, urusan thesis nanti disemangatin sama prikitiew, hahaha ..

    Thanks untuk info bukunya Kak, aku masukkan ke dalam list bacaan aku :)

    BalasHapus
  15. 600 Halaman sebulan Li??? Keren banget. Tapi bener sih kalau ceritanmya asik buat diikutin pas nutup selesai halaman terakhir rasanya kaya masih kurang :'((
    Aku kalau mampir ke tempat Lia tuh jadi kepengen pergi ke gramed :'((

    BalasHapus
  16. Aku belum pernah tahu buku ini sebelumnya. Oh ya Lii, mau dong direkomendasiin buku yang ceritanya ringan dibaca Lii,aku udah search beberapa tapi masih maju mundur beli karena nggak yakin wkwk.

    Kalau Lia yang rekom aku yakin kayaknya jiaakh hahaha. Thank you Lii ❣❣

    BalasHapus
  17. Waktu baca judulnya kirain dari penulis KoreaπŸ˜‚ wih itu 600 halaman udah sama kayak buku Guns, Germs and Steel. Btw iya Li bener banget, kalau lagi sumpek banget notok jedhok kemudian pergi ke profesional itu ngebantu banget. Aku kemarin aja baru dari psikolog, it helps a lot. Aku jadi lebih tau apa maunya diriku. Semoga kita semua sehat fisik dan mentalπŸ’ͺ

    BalasHapus
  18. Pastikan bukunya ORI dan LEGAL, BUKAN REPRINT, REPRO, CETAK SENDIRI, CETAK SESUAI PESANAN, CETAK DARI KINDLE, GRADE ORI, CUSTOM KERTAS DAN COVER, dan sejenisnyaa. Pokoknya beli di toko buku yang terpercaya.

    Wahahaaa, nge-gas nih mbak Lii. Tapi gapapa, sesuatu yang baik dan benar emang terkadang harus dikeraskan. Sebenernya banyak juga yang ga faham, urgensi dari beli buku ori, alih-alih beli buku bajakan.
    Kemarin aku baru saja beli buku (tidak bener bener kemarin, beberapa bulan yg lalu sih πŸ˜…). Ternyata buku yang aku beli, ketika paket nya tiba. Eh buku nya bajakan. Males jadi bacanya.

    Terakhir, terimakasih rekomendasi buku nya. Masuk ke list buat bacaan tahun depan.
    (Gapapa list aja dulu kan πŸ˜‚πŸ˜‚)

    BalasHapus
  19. Sudah pernah dengar, Li. Dan sudah masuk want to read list ku dong. πŸ˜†

    Ngomong-ngomong baca buku bajakan tuh gak nyaman, Li. Aku dulu pernah gak sengaja beli buku bajakan. Aku pikir itu buku ori tapi kena diskon gede, ternyata bajakan πŸ˜‚. Cetakannya gak sebagus buku ori dan hati juga gak tenang bacanya. Kasihan penulisnya. Udah susah-susah mikir, susah-susah nulis, setelah terbit kok dibajak orang. Hufh..

    BalasHapus
  20. Berarti ini kayak chicklit Yaa Li? Yg isinya ttg banyak cerita ? Blm baca sih buku ini, coba ntr aku cari deh kalo ke gramed. #Trus menatap 2 kardus buku yg baru dibeli dari toko buku bekas langgananku 🀣🀣🀣.

    Aku suka nih halamannya . Semakin tebal suatu buku, tapi yg isinya menarik yaaa, semakin suka aku bacanya, Krn biasa lebih detil, Dibanding buku yg cuma 300 halaman ke bawah. Rasanya kayak nanggung aja kalo baca buku yg tipis itu. 300 ke bawah aku masih anggab tipis soalnya 🀣.

    Eh duluuuu aku pernah punya keinginan masuk jurusan psikolog. Krn merasa aja aku tipe yg suka mendengarkan orang lain, walopun ga terlalu suka ngomong 🀣. Tapi sayang ga lulus pas umptn hahahahah. Malah masuk akuntansi.. rasanya kalo denger temen2 curhat, aku bisa tahan dengerin lama, dan aku yakin temen2 ku juga LBH seneng curhat Ama aku, Krn aku Bener2 dengerin mereka. Walopun kadang ga ada solusi 🀣. Tapi biasanya, mereka itu cuma butuh didengerin sih. Supaya hati plong. Sedihnya giliran aku yg butuh curhat, kok kdg merasa ga terlalu didengerin πŸ˜…. Yg sambil main hp lah, ATO kemudian belokin pembicaraan ke hal lain πŸ˜…. Makanya aku sendiri tipe yg LBH suka curhat di diary Li, drpd Ama orang 😁. Bukannya ga mau ke profesional, tapi ngerasa curhatan receh gitu masih bisa terhandle dengan nulis di diary 🀣. Nanti kalo curhatannya makin berat, baru deh ke psikolog beneran 😁

    BalasHapus
  21. Kita perlu bicara. Curhat itu ada berbagai cara. Kadang susah mengungkapkan apa yang ada dalam hati. Kadang tak ada orang yang bisa diajak bicara.
    Saya juga pernah depresi dan ngga tahu harus ngomong kemana.
    Sampai saya memutuskan untuk kembali ngeblog dan menulis kan berbagai hal meskipun sepele di sana. Waktu itu saya memang tidak berharap ada yang membacanya. Tapi itu adalah cara saya untuk mencoba terbuka dan berinteraksi dengan dunia luar. Dan blog benar-benar telah menolong saya melewati itu semua.

    BalasHapus
  22. yaampun aku suka banget buku-buku kayak giniiiii
    oke ini bakalan aku masukin list ✨
    btw, aku juga pernah bertanya-tanya para psikolog dan psikiater tuh kalo mereka lagi butuh nuangin uneg-uneg begimane???
    namanya juga manusia yaaa sekuat apapun mereka di hadapan org lain pasti butuh pemalpiasan jugaaa
    thank youuu liaaa~ πŸ’•

    BalasHapus
  23. 600 halaman, tebel beud!

    aku kalo baca buku 600 halaman butuh berapa lama ya kira-kira buat beresinnya.
    Sebetulnya aku tuh udah ngaku-ngaku lagi suka baca buku lagi, baca ampe beberapa buku sekaligus malahan... tapi kalo lihat Lia dan kecepatan namatin baca buku, aku merasa cupu meskipun ga perlu dikait-kaitkan juga, hehehe..

    Anyway, kalo menulis atau curhatnya dengan menulis di diary atau apapun, itu kira-kira bisa menolong sebagai penyaluran gak? ataukah curhat disini itu maksudnya harus ada lawan bicara yang bisa langsung ngasih feedback atau mungkin sekadar support?

    Anyway, terima kasih untuk tulisannya ya Liii...

    smooch!

    BalasHapus
  24. Ini buku favoritku dari tahun 2020 lalu! Senang setiap dengar ada yang baca & suka juga. Jadi ingin baca ulang walaupun bukunya tebal πŸ˜†

    BalasHapus
  25. Makasih Lia rekomendasinya! udah dimasukin ke wishlist karena baca post ini :D

    BalasHapus

Words of The Dreamer. Theme by STS.
My Melody Is Cute