Ronggeng Dukuh Paruk. #JanexLiaRC

Hai, teman-teman semua! Sudah hampir 1 bulan nggak menulis di blog dan nggak terlalu aktif blogwalking, rasanya kangen sekali menulis tapi merasa nggak ada topik tulisan, ditambah rasa mager karena energi sudah tertarik dengan buku-buku dan drama Korea ðŸĪĢ. Iyaa, sebulan belakangan ini aku lagi aktif-aktifnya membaca dan kebetulan banyak drakor bagus juga di bulan ini, jadi hari-hariku kebanyakan diisi oleh dua hal itu aja, eh, ditambah dengan main game Play Together juga sih ðŸĪĢ. 

Hari ini, baru banget selesai baca buku Ronggeng Dukuh Paruk yang sudah lama bertengger di wishlist dan akhirnya bisa kebeli di tahun lalu waktu sedang diskon 🙈. Sebenarnya bisa juga dibaca di Gramedia Digital, tapi aku merasa untuk buku yang agak tebal lebih enak jika dibaca versi fisiknya. Dan sebenarnya juga, aku takut nggak bisa selesaikan buku ini segera, tapi mengingat ada reading challenge JanexLia, jadi memotivasi aku untuk segera menyelesaikan buku ini ðŸĪĢ.


✨🧚ðŸŧ‍♀️✨

Srintil yang masih berumur 11 tahun dinobatkan menjadi Ronggeng bagi Dukuh Paruk. Dia dipercaya memiliki indang ronggeng yang membuatnya semakin diyakini adalah Ronggeng terpilih oleh para leluhur. Srintil kemudian menjadi Ronggeng yang sangat terkenal bukan hanya di Dukuh Paruk, bahkan hingga wilayah-wilayah sekitarnya. Hingga pada suatu masa, Srintil mengalami kejadian yang merubah hidup dan pemikirannya.

✨🧚ðŸŧ‍♀️✨

Buku ini tuh banyakkkk sekali penggemarnya, bahkan aku jarang melihat ulasan jelek tentang buku ini. Filmnya yang merupakan adaptasi dari buku ini juga laris manis dan menuai banyak pujian. Nah, karena dua hal itulah maka aku tertarik untuk membaca buku ini. Jujurly, aku baca buku ini tanpa baca blurb dan informasi apapun mengenai buku ini, jadi aku murni tidak tahu apa-apa tentang jalan cerita dari buku ini 😂 dan nggak berani ekspetasi apa-apa juga ðŸĪĢ.

Untuk ceritanya sendiri, terbagi menjadi 3 bagian karena awalnya cerita ini terdiri dari trilogi yang kemudian dijadikan 1 buku. Tokoh utama dari tokoh ini bernama Srintil dan Rasus.

Cerita ditulis berdasarkan sudut pandang orang ketiga yang kadang menjadikan karakter Srintil sebagai pembicara utama, kadang menjadikan Rasus menjadi pembicara utama. Perpindahan antar karakter cukup mudah diikuti. Buku ini menurutku lebih menggambarkan pengembangan kehidupan para karakter.

Kepenulisannya sendiri enak dibaca karena setiap paragraf terdiri dari kalimat-kalimat pendek. Mungkin sekitar 2-3 kalimat saja per paragraf. Untuk orang yang sulit membaca buku fiksi-sejarah-klasik sepertinya akan suka dengan format kepenulisan seperti ini 🙈. Hanya yang aku sayangkan, ada banyak selipan-selipan kata dalam Bahasa Jawa dan nggak ada artinya di catatan kaki sehingga untukku yang nggak mengerti Bahasa Jawa terkadang sulit mengartikan maknanya 😭.

Aku akui aku sempat mengalami perasan bosan pada bab 1 dan 2 dari buku ini. Aku nggak mampu mendalami perasaan para tokoh utama pada 2 bab awal. Rasanya seperti diceritakan saja bagaimana cerita hidup Srintil dan Rasus tanpa ada rasa empati terhadap para tokoh. Alurnya pun lamban, jadi semakin terasa berat untuk membaca 😂. Barulah di bab 3, cerita mulai terasa intens karena menuju klimaks dan akhir. Di sini aku baru bisa merasakan emosi sampai ingin memaki ðŸĪĢ. Dan bab 3 inilah yang mengubah pandanganku terhadap buku ini 😂.

Penulis terlihat piawai sekali dalam mendeskripsikan tentang kondisi alam. Di bawah ini merupakan paragraf awal dan pembuka dari bab 1 :

Sepasang burung bangau melayang meniti angin, berputar-putar tinggi di langit. Tanpa sekali pun mengepak sayap, mereka mengapung berjam-jam lamanya. Suaranya melengking seperti keluhan panjang. Air. Kedua unggas itu telah melayang beratus-ratus kilometer mencari genangan air. Telah lama mereka merindukan amparan lumpur tempat mereka mencari mangsa: katak, ikan, udang, atau serangga air lainnya.

Kalau kata orang, kalimat pertama dari sebuah buku mampu membuat kita jatuh cinta terhadap buku tsb. Mungkin hal ini juga bisa berlaku terhadap buku Ronggeng Dukuh Paruk ini 😁. Tapi, meskipun deskripsi alam seperti ini sangat indah untuk dibaca dan dibayangkan, namun lama-lama membuat bosan karena banyak terselip di dalam cerita dan hal tersebut sama sekali tidak mempengaruhi jalan cerita 😂.

Secara keseluruhan, makna cerita dari Ronggeng Dukuh Paruk ini bagus. Menggambarkan bagaimana kehidupan di desa yang masih asri, tidak tersentuh modernisasi, dimana adat istiadat turun temurun masih dipegang erat, dimana rasa kekeluargaan begitu besar, lalu tersentuh perubahan dan semua menjadi porak poranda. Rasanya sedih mengingat kemungkinan masih banyak di luar sana yang hidup dalam kondisi seperti ini 😭. 

So, teman-teman yang belum baca, boleh coba dibaca buku ini jika ingin mencoba membaca sastra klasik Indonesia ✌ðŸŧ dan mari kita ngerant bersama-sama ðŸĪĢ.

Anyway, aku belum bisa menentukan harus memberi rating berapa untuk buku ini 😂. Aku masih mixed feeling terhadap bukunya wkwk, jadi mungkin ratingnya menyusul ðŸĪĢ.


Nah, untuk teman-teman yang sudah baca bukunya, kalian puas nggak sama endingnya? Ngerasain emosi sama karakter-karakternya nggak? 

Ayo kita ngerant bareng ðŸĪĢ.

24 komentar

  1. YUHUUU AKHIRNYA SELESAI JUGA LIII ðŸĨģ

    Aku inget banget novel ini direkomendasikan Eya sejak tahun lalu. Begitu melihat jumlah halamannya dan gaya bahasa yang dipakai penulis, aku pun mengurungkan niat sampai hari ini, ahahahaha. Sesungguhnya aku sangat sulit baca fiksi sejarah, baca Laut Bercerita pun sempet libur beberapa hari sampai bisa tamatin.

    Thank you so much, Lii untuk review-nya! Sinii aku pijitin duluuu biar nggak pegel abis baca dan nonton 😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuhuu!! Akhirnya selesai juga Ci setelah berkutat berhari-hari dengan buku ini wkwk sampai ganti buku lain juga untuk mengumpulkan mood ðŸĪĢ

      Jumlah halamannya emang bikin megap-megap, Ci ðŸĪĢ tapi gaya bahasanya kalau udah masuk ke cerita tuh nggak berat kok, masih luwes untuk diikuti 🙈. Emang kalau baca buku fiksi-sejarah tuh perjuangan banget buat mengumpulkan mood dan mempertahankan bacaan ðŸĪĢ tapi begitu selesai baca rasanya banyak banget bagian bagusnya(?) dan rata-rata emosional sih wkwk. Laut Bercerita menurut Cici worth it nggak? Pulang juga bagus katanya Ciii tapi itu lebih tebel banget dan aku belum baca-baca sampai saat ini karena tebel ðŸĪĢ

      Thank you so much Ci Jane udah baca reviewku! Dan terima kasih atas niat baikknya ingin pijitin aku 😜. Kayaknya kita harus saling memijit karena Cici juga sibuk baca dan nonton bulan ini yak wkwkwk

      Hapus
  2. Aku punya novel ini, tapi udh lama bangettttt, covernya pun ga ada oren2nya ðŸĪĢ. Pas kuliah bacanya. Sukaaa sih, walo jujur aja udh agak lupa ya Ki ceritanya, secara udh lama bangetttt bacanya. Tapi buku ini ada di tingkat ke3 dari rak ku, yg artinya aku lumayan suka. Kalo buku yg aku Bener2 ga suka, aku taro di rak terbawah soalnya 😄😂.

    Seingetku ini kaitannya Ama PKI kan yaaa. Aku lumayan sering baca buku yg menjelang masa2 PKI gitu, jadi lumayan tertarik. 😄. Aku punya beberapa novel yang kisahnya related Ama PKI. Rata2 buku nya pasti miris di ending. Tapi kenyataannya memang seperti itu yg terjadi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buku ini memang udah luamaa banget terbit dan masih malang melintang di jagat perbukuan sampai hari ini karena banyak banget penggemarnya 😆. Ternyata Kakak salah satunya ya wkwk. Mamaku aja pas lihat judulnya tuh bilang "lho siapa yang baca buku ini? Perasaan dulu ada cerpennya di Kompas deh" ðŸĪĢ berarti sudah sejak lama Ronggeng Dukuh Paruk ini hadir wkwk

      Betul! Berkaitan sama PKI tapi nggak terlalu dalam pembahasannya, hanya selentingan aja. Aku juga lumayan tertarik buat baca yang sejenis, Kak Fanny. Pernah baca yang Dari Dalam Kubur dan itu bagus, cerita tentang PKI dan orang keturunan pada masa itu. Kak Fanny punya rekomendasi buku sejenis yamg Kakak udah baca?

      Hapus
    2. Ntr aku coba inget2 yaaa. Waktu itu baca buku dokumenter nya Li, itu beneran cerita dari orang2 yg terlibat. Tapi tadi nyari bukunya belum Nemu. Kayaknya di bagian dalam banget ðŸĪĢðŸĪĢ. Sereeem isinya, gara2 baca buku itu aku JD percaya kalo ilmu kebal itu ada 😂.

      Eh btw, apa tema februariiiii, biar aku siapin nih bukunyaaa ðŸĪĢ. Pengen full 4 buku kalo bisa. Yg January kan 2 buku Oren.

      Happy chinese new year ya liiiii 🎉💃.. semoga berkah dan makin banyak rezeki di tahun ini

      Hapus
    3. Woaa, ada buku dokumenternyaa? Okaii, nanti kalau Kakak udah ketemu bukunya, colek-colek aku ya 🙈

      Btw Kak, pengumuman resminya baru akan tayang besok nih karena ketunda liburan 😂. Untuk Kakak, aku kasih sneakpeek dulu niih, untuk bulan Februari tema warnanya sesuai dengan nuansa bulan ini 😝

      Happy Chinese New Year too, Kakak!! Amiin amiiin 🙏 doa yang sama untuk Kakak dan keluarga yaa, semoga Kak Fanny selalu diberi kesehatan dan semakin rock(?) 🙈

      Hapus
  3. Ah tebakanku benar ya kalo Lia bakalan milih buku ini untuk dibahas ke JanexLia RC hihihi.

    Ini wishlist ku dari kapan ya udah lama juga kayaknya tapi belom kesampaian buat baca..sering selingkuh sama buku lain hahaha. Anyway gimana gaya penulisannya Pak Ahmad Tohari menurutmu Lii? Kalau menurut pengalamanku beliau ini piawai dalam menyampaikan kisah tragedi dengan penggunaan bahasanya yg cenderung “lembut” dalam artian gak frontal tapi nyessss gitu di hati, RDP gitu juga gak Lii? Wkwkwk 👀

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi padahal udah ditutup-tutupi tapi tetap aja ketahuan sama Kak Reka ðŸĪĢ Memang jiwa detektif tidak bisa dibohongi #eeeh

      Ayooo Kakak coba bacaaa! Aku ingin tahu pendapat Kak Reka gimana, mungkin Kakak akan suka 🙈
      Gaya kepenulisannya termasuk cocok untukku, Kak kalau di buku ini. Nggak frontal, betul, lebih ke tersirat gitu untuk maksud-maksudnya kayaknya deh(?). Nanti kalau Kakak udah baca, review juga yaa #nodong

      Hapus
  4. Aku pertama kali baca ini sekitar kelas 10, dulu cuma hah heh hoh sama bukunya tapi tetap berusaha menikmatinya wkkw. Lalu baca lagi setelah beberapa tahun and it was crazy actually 🙈 (cuman skrg udh agak lupa ceritanya, udah lamaa bgt terakhir baca itu).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Topik yang diangkat dalam buku ini termasuk berat juga ya, Tan ðŸĪĢ. Walaupun adegan-adegan sadisnya hanya tersirat, tapi kebayang ngerinya sih 😂

      Hapus
  5. so, drama apa yang jadi favorit sekarang Li? bocorin dong :D
    lahh aku baru tau judul buku ini dan ada filmnya ya ternyata, di Gramed juga ga nemuin buku ini
    baidewei, nama Srintil ini langsung mengingatkan aku sama drama jawa kuno, waktu aku kecil dulu
    ada tuh tokoh kayaknya namanya Srintil, biasa ya orang zaman dulu seneng liat drama drama kolosal kayak di TVRI atau di radio, jadi cuman bisa ngebayangin aja kalau di radio,tanpa tau srintil itu kayak gimana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kak Ainun harus coba nonton Bad&Crazy!! Ini ada di IQIYI, genrenya mystery-crime tapi ada bahas soal alter ego jugaa. Coba nonton trailernya dulu deh, kalau aku sih suka soalnya ada comedy-comedynya gitu, malah comedynya koplak 😭. Saranku, coba nonton 2 episode pertama sih soalnya kalau di episode 1 doang agak bingung 😂

      Adaaa filmnyaaa judulnya Sang Penari, tapi aku belum nonton jadi kurang tahu apakah jalan ceritanya sama persis 😂. Di Netflix ada filmnyaaa, di Gramed buku ini ada kok Kakk, ini aku beli di Gramed 😁.
      Ohyaaa?! Aku tuh baru pertama denger nama Srintil ðŸĪĢ tapi namanya unik dan aku suka karena lokal taste banget(?)

      Hapus
  6. baca buju sastra lama, kadang membuat ku bingung mba. Terutama dari cara penulisannya. Kadang tak faham. Lebih mirip ke grammar Melayu, tapi tetap saja berbeda. Pernah membaca buku nya Buya Hamka seperti Tenggelamnya Kapan Van Der Wijk, tetap saja tidak faham hahahaa

    btw, aku pernah bilang mau ikutan challange ini. review buku yang berwarna orange, tapi apalah daya, bukunya belum selesai dibaca 🙈🙈

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang ini beda, Do, gaya bahasanya ringan, kayak bahasa sehari-hari aja jadi bacanya juga enjoy 🙈. Kalau pakai Bahasa Melayu, aku juga menyerah, Do ðŸĪĢ soalnya bakal bikin otak panas serasa belajar lagi ðŸĪĢ

      Nggak apa, Dooo. Nanti kalau bukunya udah selesai baca, tetap bisa submit linknya soalnya nanti rekapannya akan aku update berkala kok. Jadi, lanjutkann membaca! Wkwk

      Hapus
  7. Aku sukaaa banget sama buku ini. Suka sama ceritanya dan gaya penulisannya, seleraku banget. Dan aku suka ending-nya. Di Goodreads aku kasih rating 5 bintang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaaah, kayaknya someday aku harus coba baca lagi buku ini deh, Kak Kimi ðŸĪĢ. Aku jadi merasa heran sendiri kok aku bisa mixed feeling sama buku ini ðŸĪĢ curiga karena mungkin bacanya lagi kurang fokus wkwk

      Hapus
  8. Jadi ratingnya menyusul yaa Li... Ntr aku tanyaian lagi ya, kalau Lia udah ga mix feeling. :D
    Buku ini juga udah lama jadi wishlist aku, eh ternyata ada di Gramedia Digital yaa.. Mau ah, nyari ntar

    Btw, aku blm berkesempatan buat ikut RC Janexlia bulan kemaren nih, mudah2an bulan berikutnya berkesempatan ikut. Lagi nyari2 dulu buku bersampul pink atau merah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huahahaha sekarang udah nggak mixed feeling lagi nih, Kak Thessa ðŸĪŠ tapi aku nggak berani kasih rating wkwk. Kak Thessa ayo coba baca! Aku pengin dengar opini dari Kakak terhadap buku ini 🙈

      Bulan Februari ikutan yuk Kak kalau Kakak sempat 🙈🙈

      Hapus
  9. Sebentar...novel ini dijadiin film Sang Penari bukan? Kalau iya berarti aku cuma pernah nonton filmnya Li jadi nggak bisa ikuran ngerant bareng. xD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyess! Betul banget, Kak Endah 😁. Nanti aku coba nonton filmnya ahh, biar kita bisa ngerant bareng ðŸĪŠ

      Hapus
  10. Jadi ingat guru bahasa indonesia ku saat SMA dulu, namanya pak daryono. Beliau sering bercerita tentang novel ronggeng dukuh paruk. Dulu aku emang ga biasa baca satra lama mcam ini. Tapi anehnya aku tetap menyimak cerita pak daryono.
    entah mengapa selalu menyenangkan mendengarkan cerita beliau tentang sastra dibandingkan pelajaran bahas indonesia itu sendiri. Walaupun begitu nilai bahasa indonesiaku ga jelek-jelek banget :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah! Guru Bahasa Indonesia Kak Rivai kenapa menyenangkan sekali 😍, paling asik kalau jam pelajaran tuh dengerin cerita guru ya, bukannya belajar ðŸĪĢ. Lalu Kak Rivai sendiri hingga sekarang udah pernah coba baca buku ini atau belum? ðŸĪ­

      Hapus
  11. Langsung aku tandai, Liiiiiii. Kapan-kapan pengen beli buku ini juga buat dibaca. Bener kata kamu, lebih enak baca buku tebal gini pakai buku fisik daripada digital. Bisa lelah mata kalau baca buku-buku tebal lewat gawai sih. Wkwkwk. ðŸĪĢ

    Btw aku sering berhenti lama di depan rak toko buku yang ada buku ronggeng dukuh paruk nya ini. Aku pegang-pegang bukunya. Bingung menimang-nimang beli buku ini atau nggak.. Tapi baca review kamu dan komentar temen-temen, aku jadi yaqueen deh kalau bakalan beli buku ini ðŸĪĐ. Sekali-kali baca novel fiksi sejarah yang njawani, gak cuma baca historical romance baraaaaat mulu. Wkwkwk. ðŸĪĢ

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hiahahaha cobain deh, Kak Roem. Baca buku tebal tuh lebih enak pakai buku fisik sih, lebih bersahabat dengan mata ðŸĪĢ.
      Btw, buku ini ada romancenya tapi sedikit sekali, seperti pemanis walaupun masuk plot utama juga, namun nggak fokus ke sana, lebih fokus ke progress kehidupan Srintil. Bukan tipikal genre his-fic yang berat seperti biasanyaa(?) Cobain ðŸĪĢ atau kalau lagi langganan Gramedia Digital, coba baca sedikit dulu di sana, terus kalau suka, baru belu fisiknya ðŸĪ­

      Hapus

Words of The Dreamer. Theme by STS.
My Melody Is Cute