Jendela Dunia.

I just love books! So much!


Kembali membaca novel fiksi membuat aku tenggelam berjam-jam di dalam cerita yang terus mengalir seiring aku membalik halaman.

Kalau dipikir-pikir, aku sudah merasakan berada di Jepang sebanyak 2x, itu semua berkat novel-novel yang aku baca. Maka, jika ada pepatah yang bilang bahwa
"buku adalah jendela dunia"
That is so true! I couldn't agree more!


Aku bisa berkelana dari satu tempat ke tempat lain, membayangkan diri menjadi si A, si B, si C, mengetahui sejarah dan cerita dari suatu tempat, mengetahui budaya dari negara lain, itu semua bisa didapatkan ketika aku membaca buku.

Aku bahkan tahu salah satu merk rokok yang nampaknya lumayan terkenal di Jepang—Seven Stars— karena sering disebut-sebut di beberapa novel yang pernah aku baca.

Dan dari hal kecil ini, hingga hal lain yang terdapat dalam buku yang aku baca, aku serasa berada di tempat yang lain, tempat yang belum pernah aku datangi. Dunia bagian lain, yang mungkin aku nggak akan bisa datangi di kehidupan nyata, tapi melalui membaca, aku secara tidak langsung, hadir di tempat tersebut.
And, that's why I love books!

Novel fiksi berbahasa inggris pertama yang aku baca adalah Perks of Being Wallflower, ini dicekokin temenku sih—terima kasih udah cekokin aku! I hope you know who you are. Novel ini bahasanya ringan dan aku menikmati sekali membacanya, aku juga menonton filmnya. 

Percaya nggak kalian, kalau film adaptasi novel itu, nggak lebih bagus dari novelnya? Aku setuju sih sama ini, tapi ada 1 film yang sama bagusnya dengan novelnya, menurutku, yaitu The Fault in Our Stars. Baca dan nonton kisah ini, sama-sama bikin mewek (╥﹏╥)

Selain novel fiksi, membaca buku ber-genre pengembangan diri juga merupakan salah satu kesukaanku, dan aku merasakan banyak kemajuan dalam diriku berkat buku-buku ini. 

Anyway, membayangkan diri berada di suatu ruangan yang penuh dengan buku, rasanya kok menyenangkan sekali ya? ≧∇≦
Sepertinya, aku bisa menghabiskan waktu seharian membaca buku-buku yang ada, tentunya dengan posisi yang nyaman ketika membaca dan kalau bisa sih ruangannya adem huahahaha *ngelunjak*
Sayangnya, aku nggak bisa menemukan perpustakaan yang dekat dengan tempatku tinggal, hiks.

Makanya, ketika aku menemukan salah satu perpustakan indie di Jakarta yang buku-buku fisiknya bisa dipinjam lewat online, aku senenggg banget! ~(≧▽≦)/~ *nanti aku akan buat post mengenai perpustakan ini, ditunggu ya*

Dengan meminjam buku seperti ini, aku jadi lebih hemat pengeluaran dan hemat tempat penyimpanan. Buku-buku pun bisa lebih bermanfaat karena bisa dibaca sama banyak orang lainnya. Jadi manfaat buku tersebut nggak terhenti sampai di aku saja.

Ternyata oh ternyata, mempunyai hobi membaca yang suka on-off ini sangat-sangat menyenangkan sekali. Meskipun kadang ngantuk kalau baca terlalu lama, atau kadang lagi kurang mood untuk membaca, tapi aku tetap suka dan akan selalu kembali untuk membaca. Aku juga selalu senang kalau bisa baca buku baru yang belum pernah aku baca sebelumnya (●´ะท`)♡

So, jangan pernah menyerah untuk membaca! Tidak akan pernah ada hal yang sia-sia ketika kita membaca.





Apa buku terakhir atau yang sedang kalian baca saat ini?


The dreamer.

43 komentar

  1. Kalau saya sudah berubah Lia pepatahnya. Sekarang internet jadi jendela dunia... wkwkwkwkw

    Baca buku sebanyak mungkin, kemudian bermimpilah, setelah itu bercita-citalah, dan setelah itu jelajahi dunia...

    Menyenangkan mengetahu masih banyak anak muda yang suka membaca buku dan bukan main gadget ajah...

    Asal jangan setelah baca buku bercita-cita nyoba "seven stars" yah... buruk bagi kesehatan badan dan dompet

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh iya, bener juga ya sekarang sih internet yang jendela dunia. Apa aku harus ganti quote di atas ya? Wkwkwk

      Amin! Mau banget sih kalau ada kesempatan buat jelajahi dunia. Siapa juga yang nggak mau ya? Apalagi kalau gratis ๐Ÿ˜†

      Wkwkwkwk nggak berniat sama sekali buat nyoba seven stars, kalau nyoba ke Jepang, boleh lah, mau icip ramen naruto yang asli dari tempat asalnya ๐Ÿ˜†

      Hapus
  2. Saya setuju nih, mostly film adaptasi novel kebanyakan gak sebagus Novelnya.

    Kalo saya lagi baca bukunya dr. Metta seputar tanya jawab Mpasi ^^ maklum baru ada anak bayik hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener ya!! Rasanya pas nonton film adaptasi tuh kayak "lho kok udah sampai sini? Kok cepet banget? Kok gambaran aktornya gini? Nggak cocok amat sama kayak yang di novel" biasanya itu problematika utamanya sih wkwkwk

      Eh iya, ada new mom di sini hihihi. Semangat ya kak! Sehat terus buat mommy and babynya ๐Ÿ’•

      Hapus
  3. Saya nherasain banget itu, tapi dulu waktu masih sekolah, sekarang jarang baca buku karena perpus jauh di kota๐Ÿ˜
    Dulu kalau baca buku bisa lupa waktu, bener-bener masuk ke dalam cerita, tau-tau tamat aja. Dan selalu berharap punya perpustakan sendiri, atau jadi pustakawan biar bisa baca buku tiap hari.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah sama banget impian kita! Aku juga pengen punya perpustakaan sendiri biar bisa baca buku tiap hari ๐Ÿ˜‚
      Semoga bisa terwujud, amin!

      Ngomong-ngomong, sekarang ada aplikasi iPusnas, di sini bisa pinjam buku bentuk pdf gitu, gratis, aplikasi dari perpus nasional pemerintah. Siapa tahu berminat, boleh ditengok ke sana ๐Ÿ˜Š

      Hapus
  4. Betul, buku adalah jendela dunia ๐Ÿ˜† baru kemarin saya komen soal ini juga di blog teman yang menulis soal buku hehehe. Karena dari baca buku, kita bisa ikut membayangkan tempat tersebut ya, Lia ๐Ÿ˜

    Saya pun sama seperti Lia dari kecil suka membaca, meski mungkin sekarang nggak sebanyak dulu jumlah bacaannya ๐Ÿ˜‚ kalau dulu baca novel bisa seharian kelar, kalau sekarang sebulan pun belum tentu mungkin karena prioritas sudah berbeda ๐Ÿ™ˆ however, dari buku pada masa kecil, saya jadi bisa membayangkan Jepang seperti apa, Eropa seperti apa, Amerika seperti apa dan lain sebagainya. So, ketika akhirnya bisa menginjakkan kaki di negara-negara tersebut, rasanya semacam sudah kenal lama ๐Ÿคญ

    Semoga suatu hari nanti, Lia bisa menjejak dibanyak negara yang tadinya hanya Lia baca dari buku-buku kesayangan Lia ๐Ÿ˜ dan ketika saat itu tiba, jangan lupa bagikan ceritanya ya ๐Ÿ˜„❤

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dengan membaca buku, imajinasi kita jadi lebih luas ya kak. Ini serunya sih, jadi bisa berimajinasi berada di suatu tempat tergantung alur ceritanya membawa kemana, makanya bisa tenggelam ketika baca fiksi ๐Ÿ˜

      Awww, you're so lucky kak eno! Bisa pergi ke negara-negara tsb ๐Ÿ˜
      Lucu juga ya, belum pernah ke sana tapi terasa familier karena sering baca di buku. Aku belum pernah ngerasain kayak gini, but I bet, aku bakal ngerasa familier juga dengan Seven Stars kalau nanti bisa ke Jepang ๐Ÿ˜†

      Amin!! Terima kasih banyak doanya kak Eno ❤
      Pasti akan aku jadikan konten *ealahh jadi kebawa vibenya Kak Nita wkwkw

      Jadiii, buku apa yang sedang Kak Eno baca? Atau buku terakhir apa yang kakak baca?

      Hapus
  5. Aku juga kalo lagi membaca novel kadang terasa ikut larut didalam cerita. Bukan cuma novel saja sih, baca komik seperti detektif Conan juga kadang was-was waktu Conan nya mau ketahuan musuhnya.๐Ÿ˜„

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkw sama! Aku juga! Kalau baca Conan suka ikut deg-degan gitu, terus suka gregetan tiap kali mau ketahuan tapi gagal terus. Berasa banget vibe-nya ya ๐Ÿ˜†

      Hapus
    2. Sengaja biar pembacanya penasaran ya.๐Ÿ˜‚

      Hapus
  6. PLISS CEPAT TULIS TENTANG PERPUSNYA T-T

    Baru ajaa beberapa waktu lalu komen di blognya Mas Rahul tentang situs pinjam buku online langgananku yang udah tutup. Sedih banget padahal aku lumayan sering pinjam buku impor dari sana ):

    Aku setuju sekalii tentang buku adalah jendela dunia. Buku non fiksi memberikan pengetahuan dan ilmu baru, tapi kalau udah baca buku fiksi, rasanya seperti diajak berpetualang ke berbagai tempat seru! Baca buku itu sampai sekarang masih menjadi pengalaman magis buatku ❤

    Btw, aku nyerah baca Norwegian Wood hahahahaha ๐Ÿ˜‚ nggak kuattt sama bahasanya Murakami huhu

    Btw lagi, Perks of being Wallflower is my fave too! Charlie is a gem ❤❤❤

    BalasHapus
    Balasan
    1. HUAHAHAHA HARAP BERSABAR YA CI! Mungkin minggu depan aku bikin post-nya, kuat nggak menahan rasa nggak sabarnya? ๐Ÿ˜œ

      Ah iyaaa, aku baca post cici soal situs pinjam online yang tutup ini, sayang sekali harus tutup padahal yang kayak gini harusnya diperbanyak ๐Ÿ˜ข

      Setuju banget! Hebat ya kalau dipikir-pikir, kekuatan membaca fiksi itu mirip kekuatan teleport ๐Ÿ˜‚
      Beruntung banget bagi kita-kita yang suka baca buku karena bisa ngerasain hal kayak gini hahaha.

      Sayang sekali! Kalau bisa, lanjut baca lagi karena bagus ceritanya ci Norwegian Wood ๐Ÿ˜‚
      Memang agak berat bahasanya di awal tapi kalau udah sampai setengah buku, pasti ngalir aja gitu sampai nggak sabar ingin segera tahu endingnya gimana ๐Ÿ˜†

      Perks of being Wallflower is a good book! Easy to read, bahasanya gampang banget dimengerti buat aku yang pemula saat itu. Aku juga sukaaa! ๐Ÿ˜ pas di film, yang cewek diperanin Emma Watson, I love her, too! Aku suka Emma sih, udah cantik, smart pula *lho jadi bahas Emma ๐Ÿ˜‚

      Cici lagi baca buku apa belakangan ini? Hihihi

      Hapus
    2. Selama nggak harus menunggu 40 hari 40 malam, aku bersabar kok ahahaha

      Wah iya sih, aku memang belum sampai setengah halaman. Cuma aku udah keburu pusing harus baca pelan-pelan setiap kata yang ditulis hahaha susah nangkepnya entah kenapa. Padahal banyak yang bilang bagus buku ini. Saking desperate-nya, aku udah keburu preloved buku tersebut di IG, tapi belum ada yang beli sih. Berarti mungkin tandanya aku harus baca dulu sampai selesai ya ๐Ÿ˜‚

      Aku sekarang lagi baca New York Bakery, kumpulan cerpen para penulis dari Korea gitu sih, ini aku baca versi terjemahannya yang diterbitin Gramedia. So far so good. Sekali lagi, baca ini kayak lagi diajak jalan-jalan ke Korea Selatan sebelum semodern sekarang ini hihi

      Hapus
    3. Hihihi tenang aja, nggak selama itu kok ci ๐Ÿ˜œ

      Ah aku jadi inget, dulu aku juga pernah beli 1 novel inggris, impulsif karena lihat harga murah, nggak ngecek review juga, pas dateng, baca beberapa halaman udah nggak kuat,maksa baca lagi, tetep nggak kuat, akhirnya aku preloved ๐Ÿ˜‚
      Tapi bahasa inggris novel yang aku beli dibanding dengan Norwegian Wood, lebih ringan Norwegian Wood.

      Kalau cici masih pingin baca, mending buru-buru baca sebelum dibeli orang huahahaha. Karena memang bagus, kalau nggak ngerti, baca cepet aja *lho

      Anyway, tadi aku cek, covernya menarik sekalii hahaha katanya ceritanya juga bagus tapi terjemahannya kurang bagus katanya. Bener nggak ci? ๐Ÿ˜†
      Kalau cici nanti mau preloved buku ini, let me know! Hihihi

      Hapus
  7. Inget buku Norwegian Wood ini inget waktu pertama kali kerja kantoran. Waktu itu saya baru dapet gaji pertama, dan buat merayakannya saya pengen beli buku. Yang saya beli, ya Norwegian Wood ini. Senang banget bisa beli buku pakai gaji pertama, meskipun sebelumnya sering beli buku juga. Hehehe. Jadi rasanya nostalgia =))

    btw, saya juga termasuk orang yang nggak suka nonton filmnya kalau udah baca bukunya. pasti kecewa. Tapi ada satu film yang saya tonton meskipun udah baca bukunya, yaitu Harry Potter. Dan ada satu judul film yang menurut saya lebih bagus daripada bukunya, yaitu Twilight ๐Ÿคญ๐Ÿคญ

    BalasHapus
    Balasan
    1. What a good choice! Nggak nyesel kan kak beli Norwegian Wood pakai gaji pertama kakak? ๐Ÿ˜†

      Banyak yang bilang Harry Potter baik film dan novel sama-sama bagus. Is it true? Karena aku bukan penggemar Harpot ๐Ÿ˜‚

      Tapi kalau Twilight sih beda cerita. Aku suka bangett, aku pernah baca novelnya tapi lupa euyy ๐Ÿ˜‚
      Kalau filmnya sih aku suka banget! Aku memang suka series ini, dan sedih pas tahu series ini berakhir, sampai bingung harus nonton apaan lagi abis ini, aku udah terlalu cinta sama Twilight dan selalu nungguin tiap tahun buat nonton di bioskop huhuhu sosok Robert di Edward udah melekat banget pula
      Ehhh jadi nostalgia juga aku ๐Ÿ˜†

      Hapus
    2. iya, ngga nyesel beli norwegian wood. soalnya langsung ngerasa relate dengan tema coming-of-agenya itu lho. kayaknya sejak itu juga deh saya jadi doyan cari2 novel karya penulis jepang. meskipun akhirnya murakami ngga jadi favorit, ku suka norwegian wood ini.

      ngomong2, harpot menurut saya masih lebih bagus bukunya, tapi visualnya nggak mengecewakan. plus karena saya nonton dari kecil, jadinya kayak semacam wajib nonton, karena banyak kenangan masa kecil :D

      kalo saya demen banget sama robert pattinson tuh... aslinya nungguin dia jadi batman nih :( cocok pasti :( sayang karena pandemi jadi terhambat.

      Hapus
    3. Wah, kalau boleh tahu, siapa author fav kak Mega? Hihihi.

      Buku Harpot itu tebel-tebel banget ๐Ÿ˜‚
      Tapi aku jadi nggak heran kenapa setiap ada Big Bad Wolf, itu selalu menjadi incaran utama, ternyata emang lebih bagus bukunya ya ๐Ÿ˜

      Aku juga suka Robert tapi tiap lihat dia malah sosoknya di Twilight yang kebayang, jadi kalau lihat di film lain rasanya aneh ๐Ÿ˜‚
      Tapi ku juga nungguin Batman karena dia yang peranin, penasaran gimana aktingnya di sana hihihi
      Semoga segera bisa tayang ya! ๐Ÿ˜†

      Hapus
    4. Kalau menurut saya karya tulis Jepang vibe-nya beda banget sama Amerika atau Eropa. Ada ~kesunyian~ di tiap tulisannya tapi ya jadi charm tersendiri.

      Yasunari Kawabata itu author Jepang yang paling saya suka. Sempat review juga bukunya di blog kok, tapi dulu banget, jadi ngga akan dikasih linknya biar scroll sendiri kalo emang mo ceki ceki ๐Ÿคญ๐Ÿคญ๐Ÿคญ

      *kabuuur*

      Hapus
  8. Sebetulnya aku juga suka sekali membaca buku seputar pengembngan diri, karena selalu dpat pencerahan , lebih bijak dalam mempertimbangkan suatu hal. Tapi setelah menjadi full time mother, agak sulit mba. Palingan baca2 via google ๐Ÿ˜

    Untuk mba lia, semangat terus ya baca bukunyaa ๐Ÿ˜Š

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setujuuuu! Btw baca via google juga nggak masalah, setidaknya masih ada kegiatan membaca hihihi.

      Terima kasih! Semangat jadi full time mom-nya ya kak ๐Ÿ’•

      Hapus
  9. Buku yang aku baca terakhir itu karyanya kak Stefanie, author katapuan di instagram, judulnya Kamu Hanya Perlu Pulang. Karena beberapa bulan kemarin lagi jadi anak senja dan kopi alias keranjingan puisi2 wkwk. Btw kalo liat buku Norwegian Wood ini aku keingetan sama tugas analisis di semester 7 kemarin, dosen aku nyuruh buat analisis terjemahan novel ini sama novel laskar pelangi, masing2 bahasa Indo - Jepang dan Jepang - Indo. Pusingnyaa bacain kanji plus hiragana, mana novel Jepang tulisannya dari kanan dan ke bawah lagi๐Ÿคฆ๐Ÿป‍♀️ Ohiya ngomong2 soal Jepang, kalau boleh tau mba Lia pernah ke Jepang itu ikut program internship atau apa ya? Soalnya aku sekarang lg kuliah bahasa Jepang, pas2an banget๐Ÿ˜…

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, aku juga udah baca buku itu, soalnya aku tahu nih kata.puan, udah hits dari jaman aku masih main IG, jadi pas aku lagi lihat catalog penerbit, eh pas banget nemu buku dia, jadi beli *loh jadi curcol wkwkw

      Puisinya bagus-bagus ya, ada yang dalemmmm. Tapi aku lebih suka banget sama cerpen yang ada di setiap pergantian bab itu sih, lebih jlebb lagi :')

      Wow, mantap sekali! Kanji kan susah bangettt. Mau pingsan nggak bacanya? Wkwkwk btw, apakah dirimu menikmati novelnya meskipun dalam bahasa Jepang?

      Wah, sayangnya belum pernah karena aku bukan anak sastra Jepang nih walaupun dulu kampus aku lebih terkenal di sastra Jepangnya. Anyway, ada yang bisa aku bantu? Nanti aku coba bantu hubungi ke temenku yang anak SasJep, dia sekarang tinggal di Jepang kayaknya. Let me know via email juga boleh :D

      Hapus
    2. Mba Liaa aku kira komenku gak dibales gataunya emg baru cek email aja:')

      Emang dalem2 banget kata.puan, aku sampe dengerin podcast yang ada mba Stefanienya. Dan yang bikin cerpennya keren tuh karena itu kayak jadi ciri khasnya kata.puan gitu gak sih, mba? Karena kan rata2 akun puisi ya akun puisi tok, gak ada cerpen2annya gitu (atau aku aja yg kurang luas followingnya?๐Ÿ˜… entahlah)

      Bukan mau pingsan lagi mbaa, kalo punya mesin waktu rasanya pengen langsung loncat semester aja gak usah ngerjain itu tugas๐Ÿ™ƒ Tapi memang kalo baca novel aslinya sih bisa lebih menikmati mba, walaupun harus sambil buka kamus karena banyak kanji yang susah dan belum dipelajari hiks:)) Sama kayak kita baca novel-novel bahasa Inggris, kadang lebih dapet feelnya daripada pas diterjemahin ke bahasa Indo, karena kan ada idiom-idiom atau istilah lain yang memang cuma ada di negara itu.
      Anyway, maafin ya huhu aku salah tangkep nih sama tulisan mba di paragraf awal itu, kirain udh pernah ke Jepang beneran, saking seriusnya diriku๐Ÿ˜…๐Ÿ˜Œ

      Wah boleh tuh mba, nambah2 relasi๐Ÿ˜ nanti kalo ada perlu beneran aku boleh langsung email mba Lia nih? hihi makasi sebelumnyaa๐Ÿ˜ฌ๐Ÿค—

      Hapus
    3. Huahahaha nggak apa Awl ๐Ÿ˜„

      Jujur aku juga kurang tahu nih soalnya nggak ngikutin akun puisi lain, aku cuma tahunya kata.puan aja, mungkin karena dia yang paling terkenal kali ya wkwkw
      Tapi emang penulisannya bagus sih dia, bikin jleb gitu.

      Hahaha untung bisa terlewati ya masa-masa kelam itu ๐Ÿคฃ
      Bener, pasti baca versi yang asli lebih enak deh karena seperti yang kamu bilang, ada idiom-idiom atau kata yang nggak bisa bener-bener diterjemahin.
      It's okay Awl! ๐Ÿ˜‰

      Boleh email ke aku. Kalau aku bisa bantu, aku pasti bantu. Tapi kalau nggak bisa, harap dimaafkan ya ๐Ÿ˜‚

      Hapus
  10. film adaptasi novel, nggak sebagus novelnya. Bener banget. Apalagi ada yg ending dari novel dibuat beda padahal aslinya seru, contoh Dealova. Jaman itu novel Dealova ngehype banget, akhirnya difilmkan yg main Jedar waktu masih baru jadi artis, dan Evan Sanders. Aduh di luar ekspektasi hihi. Justru dari membaca novel malah emosi dan penggambaran lebih dapet daripada nonton filmnya. Ah, saya belum pernah membaca fiksi terjemahan, apalagi berlatar belakang Jepang ya. Hmm, boleh dicoba :)

    Saya juga mulai membiasakan membaca buku lagi tapi sementara melalui aplikasi gratisan hihi, minusnya sih bikin mata agak lelah karena harus menghadap layar terus. Sekarang lagi cari buku preloved aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, Dealova. Sangat terkenal saat itu! Walaupun aku belum pernah baca dan nonton filmnya sih :( aku inget pemain cowoknya aja, nggak inget pemeran ceweknya. ternyata Jedar yang main ya hahaha.

      Memang kalau baca bukunya lebih dapet ya emosinya, lebih detil dalam pengungkapannya makanya lebih berasaa banget. Jadi kesel kalau nonton film adaptasi, rasanya kayak loncat-loncat karena emang sulit kalau dalam durasi 2 jam dibikin sedetil mungkin kayak di buku ya wkwkw

      Boleh dicoba. Ini versi bahasa inggris, biasanya novel bahasa inggris lebih ngena sih kalau dibaca, menurutku :D

      Aku juga punya 2 ebook yang belum selesai dan suka baca di iPusnas kemarin-kemarin, tapi karena permasalahan yang sama kayak Kak Anggi, aku jadi stop dulu. Secara kalau baca novel versi ebook itu bisa berjam-jam nonstop karena penasaran huahaha.

      Anyway, kalau suka nyari preloved, nyarinya dimana? Carousell kah?

      Hapus
  11. Sebagai pembaca John Green, saya belum membaca TFIOS. Belum nonton juga, karena mau lebih dulu baca bukunya. Salah satu cita-cita saya sekarang adalah baca buku bahasa Inggris. Sebelumnya, pernah nonton film pendek dan berhasil. Mau pelan-pelan transisi ke film panjang, abis itu baru coba baca novel atau paling tidak cerita pendek.

    Kalo buku terakhir yang saya baca Baju Bulan karya Joko Pinurbo, sekarang sedang baca buku terbitan Mojok. Ngomong-ngmomong soal Murakami, belakangan ini saya sering sekali mendengar namanya. Meski sempat baca satu novelnya, saya masih ingin membaca yang Norwegian Wood dan Kafka on the Shore

    BalasHapus
    Balasan
    1. TFIOS ini salah satu cerita yang menguras air mata saya. Jadi saya cukup merekomendasikan ini. Semoga bisa segera membaca dan menonton filmnya ya, lalu kalau udah selesai, kasih tahu saya gimana kesanmu ๐Ÿ˜

      Rahul sukanya buku genre apa?

      Memang Murakami ini lagi hits, tapi sepertinya udah agak lama hitsnya sih. Dua-duanya merupakan buku-buku top 3-nya Murakami tuh. Ayo dibaca!
      Saya habis ini juga mau baca Kafka on The Shore, kata teman saya, buku ini bagus ๐Ÿ˜Š

      Hapus
    2. Saya mah genre apa aja hayuk. Tapi kalo ngomongin tipe bercerita, saya lebih senang yang punya gaya storytelling yang lugas namun tetap mendayu-mendayu, unik dan pastinya segar

      Hapus
  12. Dulu sy suka banget baca novel detektif jmn sy msh sma udah lamaa bangeet ๐Ÿ™ˆ padahal ttg pembunuhan gitu wk wk.. Trus sy jg suka bc novel yg romantis gitu... Berasa sy jadi tokoh cerita ๐Ÿ˜,haluuuu... Kadang memang ada beberapa novel pas di buat filmnya koq ga sreg gitu, karena tokohnya kadang ga sesuai ama harapan kita, kalo di novel bukan artis yg kita bayangin.. Kalo di film artis anu yg meranin, padahal kita ga cocok dengan artisnya... He he ribet juga sih nyesuain selera ๐Ÿ˜

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sejenis novelnya Agatha Christie kah? Karena aku juga suka novelnya! Walaupun baru baca 1 buku sih ๐Ÿ˜‚

      Novel romance! Apalagi kalau karakter cowoknya keren ya, jadi makin halu ๐Ÿ™ˆ

      Bener banget! Produksi film adaptasi itu susah menurutku karena ya itu.. Nyesuain ekspetasi setiap pembaca akan karakternya itu sulit, makanya suka pada kecewa ๐Ÿ˜‚ #KorbanFilmAdaptasi

      Hapus
    2. Agatha salah satunya, tapi ada satu lagi.. Trio detektif by Alfred Hitchock.. Itu sy sering banget baca he he... Seruuu seremm

      Hapus
    3. Wah, aku belum pernah baca bukunya Alfred Hitchock ๐Ÿ˜ข
      Mungkin next bisa aku baca kalau masih ada buku fisiknyaa hihihi. Terima kasih ya kak ❤

      Hapus
  13. "books are a uniquely portable magic" by Stephen King

    Baca buku memang membuat kita membayangkan berada di tempat lain yaa.. aku inget banget pas kecil baca Trio detektif, berasa ikut berpetualang bersama mereka ๐Ÿ˜

    Btw aku juga suka banget The Fault in Our Stars, bikin meweek ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ

    BalasHapus
    Balasan
    1. So trueee!! Berasa kayak lagi buka pintu kemana saja deh kalau lagi baca buku ๐Ÿ˜†

      Wahh, sepertinya sama kayak Kak Santuy di atas, suka membaca Trio detektif. Kalau aku belum pernah baca ๐Ÿ˜ญ
      Tapi memang yang detektif gitu seru deh! Aku baca yang Murder on The Orient Express aja nggak bisa berhenti ๐Ÿ˜‚

      Sama! Aku juga mewek kak bacanya! Terus pas nonton filmnya, udah tahu nih bakalan ada adegan sedih, jadi pas adegannya muncul, ku tutup mata aja biar nggak nangis di bioskop. Malu ๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚
      Tapi sebelah-sebelahku malah pada nangis tersedu-sedu wkwkw

      Hapus
  14. Betul sekaliiii...

    Buku memang jendela dunia, saya ingat waktu kecil saya suka banget membaca, saking cintanya bahkan sepotong kertas yang saya temukan sebagai bungkus gorengan aja saya baca.

    Dan setelah bertahun kemudian, saya bisa menemukan kelanjutan cerita-cerita terpotong yang saya baca dari bungkus gorengan tersebut, setelah saya pinjam dari teman-teman atau nemukan di perpus.

    Btw dulu saya besar di pelosok, nggak ada internet ofkors, TV pun jarang kami tonton.
    Jadi satu-satunya yang bikin saya bisa melihat dunia ya buku.

    Sekarang, saya udah jarang baca buku, lebih sering baca berita online hahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaah serius? Bisa ketemu lanjutan cerita dari bungkus kertas gorengan?! So lucky you are kak!! Ini kejadian langka banget ๐Ÿ˜‚

      Kebanyakan bungkus gorengan yang aku temui malah nggak jelas sih, bukan cerita dari potongan buku gitu ๐Ÿ˜‚

      Aaah buku itu memang benar-benar membuat dunia lebih berwarna!

      Nggak apa baca berita online, asal jangan baca gosip online aja, ntar jadi ngejulid ๐Ÿ˜†

      Hapus
  15. Tidaaaaaaaak, norwegian woods adalah buku yang lagi pengen aku baca pake b-a-n-g-e-d, pokoknya buku murakami bersaudara deh yang udah jadi seleb sastra dengan gaya surealisnya dan bikin pembaca terkesima dengan dunia fantasi ala style masing2...

    tulisan2nya ajaib dan punya kesan magis, bikin yang baca setelahnya bisa berkontemplasi panjang

    Buku, aku suka banget buku ๐Ÿ˜
    Fiksi tapi, klo nonfiksi masih terasa berat buat otakku yang kadang butuh sesuatu yang menghibur

    Klo fiksi biar kata alurnya rumit aku akan tetap lahap lia, beda kalau nonfiksi, bawaannya berat aja hahhahaha

    Koleksiku uda ada selemari sendiri, malah beberapa masih ada segel plastiknya, nunggu diunboxingnya sampe bener2 punya waktu luang biar kerasa nikmat waktu bacanya

    Eh aku juga baru tahu merek rokok terkenal di jepang yang harganya mahal itu, soalnya pas kakakku pergi ke jepang dipesenin ama bossnya buat beli oleh2 merek itu hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Norwegian woods bagus kak! Recommended deh buat dibaca, please Kak mbull harus baca buku ini! Walaupun bahasanya ada yang sulit dimengerti tapi overall ceritanya bagusss.

      Aku juga jadi penasaran sama buku Murakami lainnya. Mau baca yang The Wind-up Bird Chronicle tapi nggak ada yang jual euyy fisiknya ๐Ÿ˜‚

      Bener sih kak, kalau nonfiksi itu berat padahal tulisannya ringan. Jadi kadang kalau butuh hiburan, fiksi memang salah satu solusinya. Apalagi komik doraemon #ehh

      Yaampun!! Banyak sekali!! Kapan-kapan book tour atuh kak. Aku mau lihat kalau boleh ๐Ÿ˜†

      Jadi Seven Stars ini salah satu merk mahal ya? Wah, aku baru tahu. Aku cuma tahu namanya doang ๐Ÿ˜‚
      Berarti ada gunanya juga baca buku, jadi tahu hal-hal kayak gini huahahah

      Hapus
  16. terakhir kemarin aku baca animal farm apa ya, masih berhenti dulu baca mau rehat sebentar melonggarkan pikiran, mungkin bulan depan mulai lagi soalnya bukunya udah ngantri lagi hahahah.

    BalasHapus
  17. Antara buku novel, cerpen, sejarah, atau pengetahuan. aku malah suka baca buku sejarah. lebih enak aja gitu, gak cepat bikin bosan.

    BalasHapus

Words of The Dreamer. Theme by STS.
My Melody Is Cute