Juru Tato Dari Auschwitz.



Informasi Buku


Judul : Juru Tato dari Auschwitz (The Tattoist of Auschwitz)

Penulis : Heather Morris

Hak Cipta Terjemahan & Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Alih Bahasa : Lulu Wijaya

Jumlah Halaman : 304 hlm



Akses Membaca Buku


Untuk versi terjemahan bentuk E-book di Gramedia Digital dan Google Playbook


Untuk versi terjemahan bentuk fisik bisa dibeli di Gramedia.



Blurb


Pada bulan April 1942, Lale Sokolov, seorang Yahudi Slovakia, dibawa secara paksa ke kamp konsentrasi di Auschwitz-Birkenau. Lale menguasai beberapa bahasa, maka dia dipekerjakan sebagai TΓ€towierer—juru tato—dan ditugaskan menato sesama tawanan di kamp itu.


Selama dua setengah tahun di dalam kamp, Lale menyaksikan berbagai kejahatan dan kebiadaban. Dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri, dia menggunakan posisinya yang lebih baik untuk membarter perhiasan dan uang—milik orang-orang Yahudi yang dibunuh—dengan makanan untuk sesama tawanan.


Suatu hari di bulan Juli 1942, Lale menghibur seorang wanita muda yang menunggu giliran ditato lengannya. Nama wanita itu Gita, dan sejak pertemuan pertama itu, Lale bertekad untuk bisa keluar hidup-hidup dari kamp itu dan menikahi Gita.


The Tattooist of Auschwitz merupakan penceritaan ulang atas pengalaman Lale Sokolov yang menato lengan ribuan tahanan di kamp konsentrasi pada masa-masa Holocaust, sekaligus menjadi bukti akan kekuatan cinta dan kemanusiaan dalam keadaan-keadaan yang paling gelap sekalipun.


✨🧚🏻‍♀️πŸ„


My Thought on This Book


Aku pernah bilang kalau genre history-fiction bukan genre favoritku, but I always ended up reading this genre πŸ˜‚. Entah disengaja atau tidak disengaja. Seperti saat aku membaca buku Juru Tato di Auschwitz ini, sebelumnya aku nggak tahu kalau buku ini bergenre history-fiction, aku cuma melihat buku ini populer dan sampul bukunya membuatku tertarik, jadi aku memutuskan untuk membacanya 🀣. Sungguh Lia sangat random dalam memilih buku πŸ˜‚.


Kalau teman-teman pernah membaca atau mendengar sejarah tentang Perang Dunia II, kisah yang dituliskan di buku ini adalah berdasarkan kisah nyata dari salah satu penyintas bernama Lale Sokolov dari kamp yang dibangun Jerman di Auschwitz pada masa Perang Dunia II. Lale ditangkap dan dipaksa bekerja di kamp selama beberapa tahun sampai pasukan Jerman di Auschwitz bubar karena pasukan Rusia datang. Di kamp, Lale menyaksikan berbagai macam kekejian yang dilakukan tentara yang disebut tentara SS (di buku ini) terhadap para tahanan, bahkan mereka tak segan-segan menembak dan membunuh secara massal para tahanan yang ada. Ngeriiii sekali membayangkannya πŸ˜–.


Yang aku suka dari buku ini, meskipun bergenre his-fic, tapi alur ceritanya cepat dan selalu membuat penasaran akan halaman selanjutnya. Porsi sejarah dan romansanya seimbang. Perasaan tegang selalu muncul ketika aku membaca, seolah aku ini ada di samping posisi Lale yang sedang bekerja dibawah tekanan tentara Jerman pada saat itu πŸ˜‚. 


Aku, sebagai pembaca, juga diajak untuk melihat lebih dekat situasi kamp tempat orang-orang berkebangsaan tertentu yang ditahan tanpa alasan dan diperintah untuk kerja paksa demi pembangunan kamp. Kadang bisa secara acak ditembak mati tanpa ada sebab apapun, jadi hari-hari yang dilalui di kamp, tidak pernah dilalui dengan ketenangan dan masa depanpun tidak jelas. Membaca bagian ini sungguh membuat tegang dan ngeri πŸ˜–. Beberapa adegan pembantaian juga diceritakan meskipun udah diperhalus, tapi kekejiannya masih terasa. 


Biasanya, aku nggak pernah berharap bagaimana akhir dari sebuah buku ketika aku membacanya. Namun, ketika aku membaca buku ini, aku sangat-sangat berharap di akhir cerita, Lale dan Gita bisa hidup bahagia dan para penyiksa mereka sewaktu di kamp bisa diberi hukuman setimpal πŸ˜–. Mengingat kisah mereka saat di kamp, nggak mungkin nggak membuat pembaca berharap demikian πŸ˜‚.


Lewat buku ini, aku diperlihatkan bagaimana di satu sisi, sisi kemanusiaan diinjak-injak dengan sangat keji. Namun, di sisi lain, masih ada solidaritas yang tinggi antar tahanan satu dengan yang lain. Masih adanya perasaan untuk saling menolong dalam hal yang menantang nyawa sekalipun.  Juga aku tahu, bahwa cinta tidak memandang fisikpun benar adanya 🀭. Seperti saat Lale jatuh cinta pada Gita. Padahal Gita waktu itu dalam kondisi kepala botak karena dicukur paksa, tapi hal itu tidak menjadi penghalang bagi Lale untuk mencintai dan mengusahakan masa depan dan kebahagiaannya dengan Gita 😍.


Lewat sosok dan kisah hidup Lale, aku mendapat pelajaran bahwa dalam keadaan sulit, jangan pernah menyerah untuk membantu sesama yang lebih membutuhkan. Juga, ketika kita mempunyai semangat hidup yang tinggi, kita akan mampu melewati segala cobaan yang ada.


Jadi, aku memberi rating 5/5 untuk buku ini ✨


Sebagai penutup, aku ingin membagikan salah satu kalimat favoritku yang diucapkan oleh Lale sewaktu di kamp.


"kalau pada pagi hari kau masih bangun, berarti itu hari yang baik"


✨🧚🏻‍♀️πŸ„


Teman-teman, ada rekomendasi buku his-fic lain? 

Let me know!


The dreamer.

🧚🏻‍♀️🧚🏻‍♀️🧚🏻‍♀️


70 komentar

  1. Lah kok jadi kayak nonton film keren cuman dengan baca review bukunya Lia, kan jadi pengen baca mah kalau seru gini.
    Langsung membayangkan filmnya bakalan asyik juga tuh :D

    Dan dikasih rating sempurna pula ama Lia :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau dijadikan film sepertinya bagus nih, Kak Rey πŸ˜† sebab sebenarnya sang penulis dari awal membuat naskah untuk di-filmkan, baru kemudian membuat versi bukunya. Namun, aku belum cari tahu apakah filmnya udah rilis atau belum πŸ˜‚

      Hapus
    2. oalaaahh, kebanyakan juga gitu ya, ada yang nulis buat film dulu, lalu kemudian pas booming, lalu dibukukan, banyak banget tuh sekarang kayak gitu, tapi saya belom pernah baca satupun hahaha

      Hapus
  2. Buku Juru Tato dari Auschwitz (The Tattoist of Auschwitz)ini banyak juga ya, sampai 300 halaman, bisa 3 hari nih bacanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi Kuanyu. Sesungguhnya untuk genre ini, termasuk sedang, biasanya menyentuh 500 halaman hahaha πŸ˜‚.
      Kecepatan membaca Kuanyu termasuk oke juga nih sebsb 3 hari termasuk cepat lho hahaha

      Hapus
    2. Wkwkckk, malas bacanya mba, jadi satu hari di guyur 1 per satu πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

      Hapus
  3. Wow wow wow dapet bintang 5 dong dari Lia jadi penasaran. Kayaknya sih aku udah pernah liat juga buku ini tapi belom tertarik untuk baca dan ternyata ini genrenya his-fic ya... bukan genre ku sekali wkwkwk. Tapi, tumbenan ada buku his-fic yang paced nya cepet biasanya kan agak lama dan diulur-ulur tuh πŸ€”
    Btw, thanks buat reviewnya Lia 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kak Tika, itu diaaaa. Tumben banget genre his-fic pacednya cepat, biasanya lambat jadi suka bosan dipertengahan πŸ˜‚
      Yang ini beda~ nggak ada bosan-bosannya. Isi bukunya lebih ke perjuangan Lale untuk bertahan hidup gitu, jadi seru hahahaha
      Terima kasih udah membaca ulasanku, Kak Tika πŸ’•

      Hapus
  4. Glad you ended up enjoy the book, Lia! Berbeda denganmu, historical fiction malah go-to genreku walaupun sudah beberapa bulan terakhir belum baca buku dari genre ini πŸ˜† Beberapa historical fiction favoritku selama tiga tahun terakhir:
    > All The Light We Cannot See - Anthony Doerr
    Buku dengan gaya penulisan indah & alur fast-paced. Walaupun sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Elex, aku merekomendasikan untuk baca buku bahasa Inggrisnya supaya bisa mendapat full-experience πŸ’«
    > Like Water For Chocolate - Laura Esquivel
    Buku historical fiction merangkap magical-realism karya penulis Amerika Latin ini juga sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Bentang Pustaka. Ini salah satu bacaan favoritku di tahun 2018. Kalau suka membaca cerita tentang perempuan & dinamika sebuah keluarga, sepertinya akan cocok dengan buku ini.
    > The Guernsey Literary and Potato Peel Pie Society - Marry Ann Shaffer & Annie Barrows
    Buku historical fiction dengan format unik: kumpulan surat (epistolary). Cocok kalau suka dengan buku yang membahas tentang buku dan kegiatan baca-membaca.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi Kak Farah πŸ˜†
      Genre his-fic bukan favoritku karena biasanya jumlah halamannya banyak dan ceritanya agak lambat, while aku biasanya lebih suka yang pacednya cepat jadi suka merasa bosan di bagian pertengahan πŸ˜‚. Tapi seperti yang aku bilang, aku selalu berakhir dengan membaca buku his-fic 🀣 sepertinya aku dan genre itu jodoh kali ya 🀣

      Yeaaayyy! Terima kasih banyak untuk rekomendasi buku-bukunya 😍
      Aku langsung checkout All The Light We Cannot See karena terlihat menarik dari rekomendasi Kakak dan review lain yang aku lihat πŸ™ˆ. Aku beli versi terjemahan karena kalau baca versi English dan berbau history, aku takut kurang paham πŸ˜‚

      2 buku rekomendasi Kak Farah lainnya belum aku cek, tapi aku tertarik dengan Like Water For Chocolate πŸ™ˆ sehabis ini coba aku cek hahaha.

      Sekali lagi terima kasih banyak atas rekomendasinya, Kak Farah πŸ₯Ί

      Hapus
  5. history fiction itu sebenarnya ga jauh beda sama genre cocoklogi haha tapi seru lumayan lah.. apalagi sekarang ini memang lagi booming nya plot seperti itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seru Kak Dibjo, karena sedikit banyak bisa belajar sejarah dari buku-buku genre history fiction 😁

      Hapus
    2. betul sekali, walaupun sejarahnya kebanyakan agak diplesetin sih hehe

      Hapus
  6. Saya suka sekali cerita atau film yang based on trus story. Bikin penasaran ma endingnya dan seolah terbawa hidup pada zaman itu.

    Btw. salam kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal Bang Day 😁

      Aku juga suka dengan cerita atau film yang based on true story. Rasanya jadi semakin ngena di hati sewaktu tahu ceritanya nyata πŸ˜‚
      Apalagi kalau endingnya sedih, rasanya makin nyess.

      Hapus
    2. iya mb. Kadang setelah tau ceritanya berdasar kisah nyata saya bakal gugling sejarahnya hehe. Bahkan berburu buku biografinya :D

      Hapus
  7. Wah aku sebagai penyuka film world war apakah vibes buku ini mirip2 seperti film perang dunia? Kayaknya aku dibuat penasaran setelah baca review dari Lia, apalagi ternyata bukunya based on true story ya dari sudut pandang penyintas hmm menarik.

    Kayaknya kalo his fic aku gak pernah baca li πŸ˜† lebih sering nonton filmnya aja. Btw thankyou buat reviewnya ya, aku mau cari di gramdig duluuuπŸ‘πŸ»

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak ada adegan perangnya di buku ini, hanya adegan-adegan perjuangan hidup di Kamp aja, Kak Reka πŸ˜‚. Tapi tetap menarikkk, apalagi based on true story dan page turner menurutku πŸ™ˆ
      Semoga Kak Reka bisa suka dengan buku ini jika memutuskan untuk membaca 😁

      Hapus
  8. Karena ini kisah nyata jadi aku langsung googling nama Lale Sokolov untuk cari tau hidup selanjutnya dia bagaimana dengan Gita T__________T
    Di buku Segala-galanya Ambyar juga ada sepenggal kisah hidup orang yang hidup di masa holocaust kan, ya ampun bener-bener gelap banget masa itu, kasihan sama tawanan-tawanan yang ada di kamp konsentrasi T__________T
    Btw itu favorit banget quote terakhir bikin semangat, apalagi datangnya dari orang yang pernah menjadi tawanan kamp konsentrasi, thank you Lia for sharing <3

    BalasHapus
    Balasan
    1. 🀣🀣 Kak Endah niat banget! Tapi mereka akhirnya bisa hidup bersama selamanya. Happy nggak pas tahu, Kak? Aku happy banget 🀣
      Kasihan banget banget banget, Kak T____T nggak ngerti lagi kenapa waktu itu sadis banget cara-cara yang dipakai untuk menyiksa para tahanan. Keji sekali T_______T
      Jadi deep makna dari quotenya begitu tahu datangnya dari seorang penyintas ya, Kak >.<
      Terima kasih udah membaca tulisanku. Pss: Aku suka emot " T______T " yang Kak Endah pakai, gemes wkwkwk

      Hapus
  9. Balasan
    1. Hayuu dibaca, Kak. Bisa baca di Gramedia Digital kok dengan gratis jika udah berlangganan :D

      Hapus
  10. Wah seru serem-serem seru ya ini pasti bukunya.. apalagi bakalan disugui tentang pengalaman-pengalaman nyata ketika berada di Camp Yahudi. Holocaust memang sebuah peristiwa sejarah yang terkutuk.. dan aku jadi penasaran tentang cerita cinta mereka berdua untuk keluar dari penjara tersebut.. tapi aku juga agak deg-deg an mau baca, soalnya backgroundnya itu kekerasan tentara-tentara yang nyata terjadi ya mbak Lia πŸ™ˆ

    BalasHapus
    Balasan
    1. Serem, seru, menegangkan isinya, Kak >.<
      Cerita cintanya juga baagusss. Mereka saling menguatkan dan membantu sewaktu di Kamp, jadi terenyuh pas membacanya >.<
      Buku ini worth to read, Kak Aqma. Tapi kalau imajinasi terlalu liar, takutnya malah jadi overthinking sewaktu membaca adegan-adegan kekerasan yang ada >.<

      Hapus
  11. Kita agak beda Lia. Saya suka genre berlatar sejarah, meskipun kisahnya sendiri fiksi. Apalagi yang memang kisah nyata, saya akan membelinya, walaupun belum tentu langsung saya baca. Habis menulis komentar ini saya harus periksa lagi keadaan buku/novel yang pernah saya beli tapi bahkan segel plastiknya belum saya buka sampai sekarang.

    Thanks reviewnya ya, buku yang menarik dan perlu dibaca.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya aku juga suka, Kak. Tapi kebanyakan buku sejarah fiksi yang aku baca terlalu tebal dan ceritanya jadi panjang sekali sehingga ada beberapa saat aku bosan membacanya. Kalau bukunya tipis, dan alurnya cepat, aku suka banget :D

      Jadi, udah berapa banyak buku yang masih disegel? Hahahahhaa. Kak Agung genre kesukaannya selain sejarah, apa aja?

      Hapus
  12. jujur mbak kalau cerita tentang Auschwitz dan kamp konsentrasinya bikin aku semrwing
    apalagi yg tatto itu
    atau kulit yg dipakai kap lampu

    cuma baca ulasan mbak lia mengenai solidaritas antar tahanan jadi kepo juga
    engga mudah bertahan hidup seberat itu
    semoga aku bisa baca juga...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oemji, yang kulit dipakai sebagai kap lampu aku baru tahu. Ngeri banget!! Tega sekali penyiksaan masa itu :(

      Semoga Kak Ikrom bisa membaca buku ini. Bagus, Kak, kisah hidupnya :D

      Hapus
  13. Kalau buku history fiction kayaknya aku masih belum explore terlalu jauh deh, Li. Kayaknya yang pernah aku baca cuma Laut Bercerita doang. Tapi memang ceritanya si Laut bener-bener bagus sih. Bikin pengen baca cerita dengan genre yang sama lainnya. 😍

    Untuk Juru Tato dari Auschwitz ini sepertinya menarik juga, Li. Selain menyajikan kekejian di kamp itu semasa perang dunia 2, juga menyajikan kisah yang heartwarming. Jadi pengen baca juga, Liiiiii. 😭

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, Laut Bercerita sih emosinya dapat banget ya, Kak Roem. Aku juga suka dengan buku itu. Buku His-fic pertamaku dan kesan yang ditinggalkan bagus, jadi aku masih mau membaca buku his-fic :D
      Coba baca buku-buku Ibu Leila S. Chudori lainnya, terutama yang judulnya "Pulang". Latarnya mirip dengan Laut Bercerita katanya hahahaha.

      Benar bangettt. Masih ada kisah heartwarmingnya dan sejarahnya juga jadi seimbang kisah di dalamnya hahaha mirip-mirip Laut Bercerita gitu. Semoga Kak Roem bisa kesampaian untuk membaca buku ini ya :D

      Hapus
  14. Wah bukunya dapet nilai 5/5 dari Lia!

    Soal genre his-fic, aku biasanya rada sulit memulai tapi kalau ceritanya emang bagus, biasanya bacanya bakal jadi terlarut banget hahaha. Dan aku selalu terenyuh kalau baca his-fic soal korban-korban holocaust. Baca review dari Lia pun kerasa gimana isi bukunya nih!

    Thank you Lia udah mengulas buku ini <3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku sepakat dengan Kak Eya! Kalau bukunya bagus, aku bisa terlarut banget dalam pulau emosi >.< Buku Juru Tato ini juga membuatku demikian >.< That's why aku harap buku ini bisa diketahui oleh lebih banyak orang.
      Kalau baca tentang kisah perjuangan orang-orang di masa Holocaust, rasanya sedih banget ya, Kak :( mereka orang yang nggak ada salah tapi kena siksaan yang begitu berat. Apalagi nggak jelas sampai kapan semuanya akan berakhir :( ngeri dan sedihhh huhuhu

      Terima kasih udah membaca ulasanku, Kak Eya <3

      Hapus
  15. I didn't expect kalau Lale itu cowok, kupikir dia cewek wkwk

    Jadi pengen baca sih, soalnya aku suka genre historical fiction

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahaha nama Lale bisa unisex sih ya 🀣

      Nah, Intan kan suka buku Dari Dalam Kubur, mungkin akan suka juga dengan buku Juru Tato ini :D

      Hapus
  16. Baca reviewnya langsung kebawa ke film-film yang ambil setting tentang PD II dengan berbagai ceritanya.
    Di buku juga dijelaskan kenapa para tahanan ditato mbak lia..?
    tato berfungsi sebagai tanda bahwa mereka itu tahanan atau hanya mereka suka dengan tato...hehhehehe

    Jerman di perang dunia selalu berkaitan dengan Nazi, hitler, dan bangsa yahudi. Sudah banyak buku yang menceritakannya. Tapi buku ini bercerita tentang sisi lain dari perang dunia II.

    makasih untuk reviewnya mbak Lia :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. tato ini adalah tato tahanan. yang menyatakan bahwa ia orang yahudi, untuk keperluan pendataan. biasanya ditato di lengan yang mudah terlihat dan tidak akan pernah hilang. Jerman memang gila sekali dalam urusan pendataan.

      Hapus
    2. Kak Rivai, di buku ini dijelaskan juga kenapa para tahanan di tato. Selain itu, Kak Zam juga udah membantu menjawab nih, in case Kak Rivai penasaran kenapa mereka harus di tato saat masuk kamp :D

      Hapus
    3. waah, terima kasih penjelasannya mas zam. betul, aku penasaran. Apalagi diceritakan bahwa dia membuat tatto untuk ribuan tahanan..hhhehee

      Hapus
  17. Salah satu kisah menarik di dalam perang dunia II nih tapi jarang diangkat.

    Pasti baca tiap halamannya selalu mendebarkan ya Kak Lia?
    Berharap tokoh utamanya tak mati diakhir kisah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mendebarkan sekali setiap halamannya! Tapi karena mendebarkan itu, jadi semakin semangat membacanya :D

      Pssstt, kisah hidup tokoh utamanya bisa dilihat di Google lho, Kak :p
      Jadi bisa tahu kurang lebih ending bukunya seperti apa wkwkwk

      Hapus
  18. Membaca review-nya saya lupa-lupa ingat sepertinya pernah nonton filmnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Katanya buku ini memang awalnya ingin dijadikan film, namun aku nggak tahu apakah udah jadi film atau belum. Kalau Kak Herman bilang sepertinya pernah nonton, jangan-jangan filmnya benar udah keluar hahahaha. Nanti aku cari di Google ahhh. Penasaran >.<

      Hapus
  19. iiih liaaa aku suka deh πŸ₯Ί
    baca reviewnya aja udah sesuka ituuu
    terutama pelajaran yang bisa aku petik nya kayak
    1. hidup jangan pantang menyerah
    2. unconditional love
    3. saling tolong menolong
    suka bangeet lii
    ah aku belum masuk ke bukunya aja udah sesuka ituu doong πŸ₯Ί

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti Farah harus baca bukunya agar bisa lebih mendalami kisahnya 🀭

      Hapus
  20. kekejian N memang gila. hingga sekarang, aku belum berani datang ke Auschwitch di Polandia, karena seorang teman yang pernah ke sana bilang ia sampai tak tahan karena melihat area sejarah itu, dan tak sanggup membayangkan apa yang dialami manusia di sana. "benar-benar gelap (auranya)", ujarnya dengan mimik muka yang tidak bercanda.

    Jerman memiliki beberapa kamp konsentrasi (dan eksekusi) dan yang terbesar memang di Auschwitz.

    di Berlin sendiri, ada beberapa monumen yang mengenang kekejian N ini. di dekat rumah, ada monumen kecil berupa gerbong yang dipasang di tempat yang dulunya adalah salah satu pickup point orang Yahudi sebelum diberangkatkan ke kamp konsentrasi. gerbong pada monumen merupakan replika dari gerbong sebenarnya.

    di monumen ini pula, tertulis nama-nama korban yang diangkut dari pick-up point ini, sebelum kemudian dikumpulkan di titik pengumpulan lain dari wilayah lain, sebelum berangkat ke kamp eksekusi.

    meihat gerbongnya saja aku bisa bergidik ngeri membayangkan bagaimana ratusan manusia bisa dijejalkan ke gerbong kecil itu.

    di beberapa tempat, terutama yang dulunya tempat tinggal orang yahudi, ada monumen-monumen kecil dari kuningan yang tertulis nama-nama orang yang tinggal di sana, lengkap dengan tanggal kapan ia dijemput dan dieksekusi, serta lokasi kamp konsentrasinya.

    mengerikan sekali memang.

    aku sampai sekarang saja masih bergidik ngeri kalo melihat monumen yang menyangkut kejahatan kemanusiaan ini.

    Jerman benar-benar tidak ingin kejadian ini terulang, dan menanamkan betul kengeriannya di monumen, agar generasi berikutnya bisa menangkap perihnya kejadian itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kak Zam, terima kasih banyak atas sharingnya 😁 Menarik banget membaca cerita dari Kak Zam yang tinggal di Jerman mengenai hal ini.
      Aku jadi ingin eksplor lebih banyak lagi yang berkaitan dengan hal ini. Di Jerman, apakah ada museum khusus yang bertemakan masa Holocaust?

      Hapus
    2. ada beberapa museum. ada Museum Topography of Terror di Berlin, yang lokasinya tak jauh dari tempat turistik Checkpoint Charlie. isinya adalah foto-foto dokumentasi kekejian N yang jarang terlihat publik serta beberapa dokumen lengkap tentang hal ini.

      Hapus
    3. Menarik sekaliiii. Aku barusan langsung menonton tour ke museum topography dan tour ke Auschwitz. Aku sungguh kagum dengan pembangunan yang ada dan ikut berduka membayangkan kejadian yang terjadi masa itu :(
      Kak Zam, terima kasih atas informasinya! It means a lot for me.

      Hapus
  21. Seru juga baca review novel Juru Tato Dari Auschwitz serasa nonton sebuah film layar lebar. Padahal hanya buku bacaan yaa.😊😊 Jadi pingin baca full. Ntar aku coba cari deh bukunya...Penginnya sih beli tapi lagi bokek berat.πŸ₯΄πŸ€ͺπŸ€ͺ

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huahahaha bacanya lewat Gramedia Digital aja, jadi nggak terasa berat karena harus beli buku, Kak Sat 🀭

      Hapus
  22. Berasa nonton film baca reviewnya. Salut bisa baca novel tebel, kalo saya gregetan mending nunggu jadi film. Membantu banget ulasannya untuk yang cari2 cerita novel

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, Kak Noto :)
      Kalau nunggu jadi film, nggak tahu kapan akan rilis πŸ˜‚ Udah keburu tidak sabar hahahha

      Hapus
  23. Waaah bintang lima lho, haruskah aku membacanyaaa πŸ™ˆ Latar belakang ceritanya aja di zaman Holocaust langsung bikin aku merinding, Lii. Suasana perang itu selalu bikin perasaan sedih dan ngeri πŸ˜– entah apa rasanya jadi mereka yang harus bertahan di masa perang itu. Ini ceritanya agak ngingetin aku sama novel/film The Flowers of War. Seorang perias mayat jatuh cinta sama pelacur di masa perang Jepang-China sebelum pecahnya pembunuhan masal Nanjing. Meriding sumpah nonton film itu huhuhu

    Btw thank youu Liaa udah rekomendasiin novel ini πŸ˜‰

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku rekomendasiin banget kalau Cici Jane suka membaca genre ini 🀭
      Betul. Sedih banget, Ci. Aku saat baca, rasanya tegang, sedih dan ngeri membayangkan penyiksaan-penyiksaan di kala itu >.<
      Aku jadi tertarik untuk cari tahu tentang The Flowers of War, sepertinya sedih ya ini >.< Terima kasih atas rekomendasinya juga, Ci! :D

      Hapus
  24. Kalo baca atau nonton kisah romansa, apalagi yang latar belakang perang, memang seru. Meski kebanyakan ceritanya berakhir pilu 😞

    Saya baru tau judul buku ini, jarang sekali ada cerita yang ngangkat profesi ini. Terakhir nonton cerita yang ada pelukis tatonya, itu Halfworlds dari HBO.

    Kalau dapat bintang lima, setidaknya ada hal yang menarik dari buku ini. Meski belum benar-benar tertarik, saya pengen baca prolognya 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, Hul. Jarang banget aku nemu cerita romansa dengan latar belakang perang yang happy ending. Kebanyakan pilu, hanya menambah sedih jalan ceritanya 😭

      Sangat menarik mengangkat kisah cerita dari juru tato, ada juga cerita yang diangkat dari seseorang yang dianggap "pustakawan" pada masa holocaust ini.

      Kalau Rahul tertarik, informasi mengenai Lale Sokolov udah lumayan banyak di Google. Rahul bisa baca riwayat hidupnya dan akhir dari kisah cintanya juga 😊

      Hapus
    2. Iya kak Lia, saya udah dapat. Mau baca dulu prolognya karena di google play book ada sampelnya 😁

      Ohya? Eksplorasi pekerjaannya cukup unik yah. Saya cukup tertarik dengan pekerjaan pustawakan, ada beberapa film yang cukup saya ingat, contohnya film Kala arahan Joko Anwar, atau pustakawan di serial GoT yang kastanya cukup tinggi. Keren ih!!

      Hapus
    3. Semoga Rahul suka 😁

      Sangat unik! Juru tato dan pustakawan, dua profesi yang jarang diangkat dalam sebuah kisah tapi kali ini malah dijadikan buku dan best seller juga 😱
      Semenjak suka membaca buku, pekerjaan pustakawan juga terlihat menarik untukku. Apalagi kalau perpustakaannya seperti di luar negeri πŸ₯Ί wah~ aku kayaknya betah sih kerja di sana hahahaha.
      Dari 2 film yang Rahul sebutkan, yang baru aku tonton adalah GoT dan aku setuju bahwa profesi pustakawan di GoT sangat menarik, apalagi bentuk perpustakaannya πŸ˜‚ pengin suatu hari bisa pergi ke perpustakaan yang bernuansa seperti itu deh huahahaha.

      Hapus
  25. Wuaah ...kalau aku baca buku ini udah deh bakalan tambah pengiiiin di tato.
    Tapi, takuut .., kebayang sakitnya, wwkkk.

    Jadi, cukup baca reviewnya dari Lia saja 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, Kak Him punya Tato? Wih. Keren! Gambar apa itu tatonya? Wkwkwk #salfok

      Hapus
  26. Aku kurang suka genre historical tapi kalo fiksi agak suka juga sih. Tapi buku yang kak Lia review ini jadi pengin baca juga.

    Memang perang dunia kedua mengerikan terutama para tahanan yang ada di Auschwitz itu mengerikan. Ada yang dibunuh tanpa salah apa-apa, ada juga yang jadi percobaan medis saat itu tentu saja tidak sama dengan percobaan medis jaman sekarang.

    Tetapi selain masalah kengerian, Juru tato dari Auschwitz ini juga menyoroti masalah percintaan, komplit ya kak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang jadi korban percobaan medis paling mengerikan, Kak Agus 😭
      Sebab jaman dahulu alat kedokteran belum secanggih sekarang, pain killer mungkin belum seampuh sekarang, jadi kalau dibayangkan, rasanya pasti super seram dan mengerikan 😭. Oke jangan dibayangin deh wkwkwkwk

      Iya, komplit banget. Kisah perjuangan hidupnya dapat, sejarahnya dapat, romansanya juga dapat hahaha. Paket komplit nan hemat 🀭

      Hapus
  27. aku suka nih cerita cerita macam begini.
    buku biografi macam nazi atau yg agak kejam kejam gimana gitu, aku suka penasaran, karena history juga menurutku. Dan bisa menjadi tambahan pengetahuan juga buatku
    buku ini ada unsur unsur sosialnya juga, ada romantisnya juga, satu paket

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti buku ini cocok untuk Kak Inun 🀭
      Aku juga suka penasaran dengan masa zaman Nazi, tapi setiap kali baca seputar sejarah Nazi, aku malah eneg karena penyiksaannya terlalu sadis 😭

      Hapus
  28. Jadi pengen baca meskipun bukan salah satu penikmat buku ini.. Duh Lia,, kalau rumah kita deketan aja.. Tak pinjam deh itu buku.. wkwkwkwk

    Menarik sepertinya,, pengen tau gimana dahsyatnya perang dunia ke 2... dulu-dulu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bayu, kalau rumah kita sebelahan sepertinya dinding rumah kita udah dijebol, lalu bikin perpustakaan bareng 🀣

      Btw, ini aku bacanya lewat Gramedia Digital karena langganan di sana. Bayu tertarik untuk langganan? Akhir bulan/awal bulan depan, aku mau buka slot patungan untuk langganan 1 bulan di Gramedia Digital. Lumayan cuma 10rb-an gitu sebulan jatuhnya 🀭

      Hapus
  29. Wuaa kayaknya menarik yaa Lia 😍😍 Jd penasaran mau nyari bukunya. Kebetulan aku suka cerita yg mengangkat era Nazi gt. Biasanya sedih, tp juga menginspirasi.
    Lia pernh baca Boys in strip pajamas ga? Itu juga baguuss.. udah difilmkan juga. Ada juga The Book Thief, penceritaannya dr sudut pandang malaikat kematian..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku semenjak selesai membaca buku ini jadi mencari-cari buku sejenis juga, Kak Thessa >.<
      Sebab buku ini bagus sih dan benar kata Kakak, buku seperti ini, isinya sedih dan menginspirasi.

      Belum pernaaah :') aku langsung cari ah buku-buku rekomendasi dari Kak Thessa hihihi thank you so much untuk rekomendasinya, Kakk! <3

      Hapus
  30. Aku haruuuuuus cariiiii bukunya!! Selalu suka baca buku ttg kamp pembantaian Nazi. Cita2 ku skr , pgn bgt bisa ke museum Nazi di Polandia Li, yg isinya barang2 korban di kamp pembantaian dulu. Sejarahnya kata temen2 yg udh kesana bikin nangis :(

    Dan tempat2 yg punya dark history gini yg selalu menarik minatku.

    Makanya selagi blm bisa kesana, buku2 yg bercerita soal Nazi pasti aku baca

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kakkk Fanny harus bacaa! Ada versi Eng dan Ind. Kalau yang Eng, di Periplus dan Kinokuniya adaaa. Kalau versi Ind, adanya di Gramedia. Selain itu ada judul lain yang berkesinambungan yaitu Cilka's Journey.
      Huaaaa aku juga ingin ke museumnyaaa. Aku selalu tertarik mempelajari sejarah lewat museum. Kak Fanny coba lihat video tournya di Youtube dulu biar nggak terlalu penasaran 🀭

      Hapus

Words of The Dreamer. Theme by STS.
My Melody Is Cute