The Wind-Up Bird Chronicle.

Review The Wind-Up Bird Chronicle

Informasi Buku


Judul: The Wind-Up Bird Chronicle (Kronik Burung Pegas)

Jumlah halaman Isi: 607 hal.

Penerbit: Vintage. Penguin Random House UK.

ISBN: 978-0-099-44879-2

✨🤸🏻‍♀️


Secara garis besar, buku ini menceritakan tentang seorang pria bernama Toru Okada yang mempunyai seorang istri bernama Kumiko. Awalnya, Okada ingin mencari kucing peliharaan mereka yang hilang entah kemana, tapi dalam perjalanannya mencari sang kucing, istrinya tiba-tiba pergi meninggalkannya tanpa Okada tahu penyebabnya. 

Tujuan awal untuk mencari kucing, berganti menjadi mencari keberadaan sang istri. Dalam perjalanan Okada mencari informasi keberadaan sang istri, Okada bertemu dengan orang-orang "unik" dan Okada sendiri juga mengalami kejadian-kejadian "aneh" yang sulit dijelaskan oleh akal sehat. 

✨🧚🏻‍♀️

My Thought For This Book


Buku ini terbagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama berisi 13 bab, bagian kedua berisi 16 bab, bagian ketiga berisi 39 bab. Alur buku ini lambat, bukan tipe buku yang page turner deh 😂. Aku sendiri sempat stuck lama sekali di bagian pertama buku 😂, tapi setelah masuk ke bagian kedua, aku mulai bisa menyesuaikan diri dengan apa yang disuguhkan dari buku ini.

Aku membaca buku ini dalam Bahasa Inggris. Di awal-awal, memang terasa berat, tapi begitu udah klik dengan bukunya, membacanya jadi mengalir begitu aja 🙈. Buku ini juga tersedia dalam terjemahan Bahasa Indonesia, jadi bagi teman-teman yang ingin baca, nggak perlu khawatir 😁.

Genre buku ini mengusung Magical Realm, jadi memang ada kisah yang nggak bisa dijelaskan dengan akal sehat, bahkan semakin dipikirin malah semakin pusing 🤣. Namun, begitu masuk ke sesi "magical realm" inilah yang seru, menurutku 😆. Apalagi di bagian akhir yang bisa dibilang bagian "klimaks"nya.

Yang membuat aku suka dengan buku ini adalah Pak Murakami menulis setiap kisah dengan sangat detil. Ada 1 bab yang kisahnya sampai membuatku terbayang-bayang terus dengan adegan yang diceritakan 🤣. Juga, di buku ini, kita nggak bisa berekspetasi apa-apa karena sulit untuk menebak akan ada kejadian apa sehabis ini 😂. Kita seperti diminta untuk enjoy the rides sambil mengikuti arah langkah kaki Toru Okada mencapai tujuannya yaitu menemukan istrinya.

Setiap tokoh yang muncul mendapatkan porsi cerita tentang kehidupan mereka di dalam buku ini, dan ini salah satu penyebab kenapa buku ini beralur lambat. Tapi akhirnya, aku malah ngerasa "attach" dengan para tokoh yang ada di dalam buku, mungkin karena durasi membaca buku ini yang cukup lama, sehingga sewaktu menuju lembar-lembar terakhir, aku malah merasa sedih karena harus berpisah dengan para tokoh ini 🤣.

Yang aku sayangkan dari buku ini, sebagian cerita seharusnya nggak perlu diceritakan karena nggak terlalu berkesinambungan dengan kisah utama 😂, juga disayangkan adanya tokoh-tokoh yang tiba-tiba menghilang begitu aja tanpa ada kejelasan ceritanya, padahal aku cukup penasaran sama kisah hidup para tokoh ini 😂.

Namun secara keseluruhan, aku menikmati jalannya cerita hingga akhir dan menikmati momen ketika dibawa pergi ke "magical realm"nya Toru Okada 🤭. 

Oiya, untuk teman-teman yang mungkin baru ingin mulai membaca buku Haruki Murakami, lebih baik jangan memulai dari buku ini 😂. Aku lebih menyarankan untuk membaca Kafka on The Shore terlebih dahulu untuk bisa mendapat gregetnya "magical realm" Haruki Murakami 🤭.

Aku beri rating 4/5 untuk buku ini 🌟🌟🌟.

May the life you lead be a good one, a life free of regrets. - The Wind-Up Bird Chronicle, page 564.

✨🧚🏻‍♀️🤸🏻‍♀️

Teman-teman ada yang pernah baca buku ini? Atau buku ini ada di wishlist kalian? 😁
Apa judul buku Haruki Murakami pertama yang kalian baca?

75 komentar

  1. Kemarin sih abis ceki2 postingan terdahulu Mba Reka buku judul The Perfect world of miwako sumida (buku misteri)... baru tak masukin keranjang belum check out dan aku tertarik juga sama yg ini, mau sekalian.. hahaha 😃😃

    Kafka on the shore.. kalau langsung The Wind Up Bird agak berat yah Li? Apa mereka berdua ada hubungannyaa? Atau mending checkout dua2nya.. hahah *berasa sultan..🤣

    Kemarin 2 dari 3 buku rekomendasi dari Mba Jane udh mendarat walaupun belum tak baca. 😁 Mau ngumpulin beberapa buku dlu buat stok baca 2021..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bayu, The Perfect World of Miwako itu bagusss! Tapi baca juga Rainbirds, buku pertamanya Clarissa Goenawan karena mereka itu 1 universe walaupun ceritanya nggak nyambung sih hahaha.

      Kalau langsung The Wind-Up Bird ini untuk awal permulaan, menurutku sih berat 😂. Kalau Kafka, alurnya lebih seruuu. Cobain baca Kafka dulu, kalau suka, baru pertimbangkan beli The Wind-Up Bird ini sambil nunggu diskonan di Kinokuniya, Bay 🤣

      Widihhh, borong banyak ya! Kepo dong beli apa aja 👀 *dasar ciwik kerjaannya kepo mulu*

      Hapus
  2. Tapi bentar.. ini halamannya 607 halaman..??? 😱😱😱

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya 🤣 terus font-nya kecil + marginnya tipis 🤣. Kata temanku, kalau versi Jepangnya dibagi dalam 3 buku, waktu diterjemahkan ke Bahasa Inggris dijadiin hanya 1 buku, makanya font+marginnya tipis 😂

      Hapus
    2. Dut, lu baca yang ada asma lu kambuh. Udah mah tinggal sendirian berabe ntar. wk!

      Hapus
    3. Okeee dehh.. noted Li 🤩. Jadi miwako sama rainbirds terus sama kafka. Oke takk masukin keranjang dulu.. terimikicih 😅

      Oploy, udah nih, tolong digesek yakk? 🤣🤣

      Hapus
    4. Tunggu, aku titip sekalian dong, Bay 🤪. Andrew yang gesekin kan? 🤣 #kabur

      Hapus
  3. Bukunya tebel banget yaaa 😆
    Selesainya berapa lama nih baca buku setebal ini 😁
    Soalnya kalau butuh waktu lama barangkali udah lupa duluan sama cerita awalnya...

    Lia mantap banget bacanya yang bahasa inggris 😁👏👏


    Kalo premisnya nyari istrinya yang hilang jadi inget sama film searching yang ceritanya seorang ayah nyari anaknya yang hilang juga.

    Btw bukunya sebenernya bikin penasaran, tapi jumlah halamannya bikin putus asa duluan 😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selesainya 4 bulan, Kak Edot 😂 sampai capek sendiri bacanya, tapi penasaran gimana akhirannya wkwk
      Iya~ kalau jeda kelamaan, bisa keburu lupa sama ceritanya 🤣. Kalau aku, bacanya dicicil 1 hari 1 chapter gitu sih 🤣

      Film Searching itu yang film Korea kan ya, Kak? Yang kalau nggak salah, berhubungan sama internet?

      HAHAHA BENAR BANGET! Akupun di awal juga putus asa melihat jumlah halamannya, cuma karena kata temanku bagus, aku jadi coba untuk baca 😂. Ternyata setelah baca beberapa bab, jadi makin putus asa 🤣 tapi lama-lama jadi semangat lagi sih wkwk

      Hapus
  4. Sejujurnya aku belum pernah baca buku karya Haruki Murakami sama sekali 😆 ini juga karena aku belum tertarik baca aja sih.

    Lia, buku ini ada 3 bagian dan menceritakan tokoh yang sama ya sepanjang buku? Kalo dilihat babnya banyak banget tapi emang bukunya tebel banget sih ya.

    Aku tertarik karena ada Magical Realmnya tapi Lia malah lebih nyaranin yang Kafka ya? Hahaha nanti aku coba baca yang Kafka dulu deh kalo udah ada niatannya 🙈

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha nggak apa Kak Tikaa. Aku rasa buku-buku Murakami bukan bacaan untuk semua orang karena cenderung beralur lambat dan pastinya untuk kita yang lebih suka alur cepat, butuh menguatkan mental lebih dulu sebelum mulai baca 🤣

      Beda-beda, Kak Tikaa. Nanti cerita si A, terus B, terus balik lagi ke A, nanti ke C tapi sudut pandangnya tetap dari si A hahaha. Jadi ceritanya memang beragam banget, mungkin karena itu judulnya "kronik"

      Wkwkwk mending coba Kafka dulu karena menurutku lebih ringan dan alurnya sedang~ nggak selambat ini 🤣. Boleh dicoba saat Kak Tika mempunyai minat baca Murakami 🤭

      Hapus
  5. Finally! Setelah perjalanan panjang ya Liaa. Baca buku beliau emang membutuhkan kesabaran😅

    Oh dan dalam buku ini seorang perempuan juga menghilang, aku masih penasaran kenapa ya tulisan beliau selalu identik dengan hilangnya tokoh perempuan. Apa beliau pernah punya pengalaman di masa lalunya haha.

    Adanya tokoh yang hilang tiba-tiba, ciri khasnya Haruki juga ya, mungkin hilangnya orang itu salah satu kiasan aja Lii *okemulaisoktau*, yang hilang ini tokoh terdekatnya dari MC bukan? Kok kayaknya bapak Haruki suka banget ngilangin orang ya 😂

    Quotesnya dalem juga..bentuk penyesalan dalam bukunya beliau juga sering di bahas ya biasanya lewat mimpi dari tokoh utamanya. Ah jadi kangen aku baca bukunya..tapi belom ada tenaga buat baca tulisannya wkwkwk. Mungkin nanti..

    Anyway thankyousomuch untuk ulasannya! Aku suka cara Lia ngereview bukunya 😁👍🏻

    BalasHapus
    Balasan
    1. Finally, Kak Rekaa! Lega banget saat berhasil menyelesaikan buku ini 🤣🤣

      Oiyaaa, 3 buku Murakami lainnya yang pernah aku baca juga ada bau-bau perempuan menghilangnya. Terus aku jadi mikir pernyataan Kak Reka nih 🤣 mungkin benar ada sangkut pautnya sama kehidupan beliau atau mungkin cuma kiasan *ikutan sok tau*. MC ini maksudnya siapa Kak? Aku lagi nggak konek nih 🤣 #plakk.

      Wkwk benar!! Kak Reka benar sekali, sering banget emang kayak gitu. Di buku ini juga banyak adegan di dunia mimpi gitu 🤣. Kalau quotes di atas, diambil dari salah satu isi surat dari tokoh lain ke tokoh utama.

      Siapin mental yang kuat dulu Kak Reka 🤣. Mungkin bisa mulai baca yang ringan-ringan dulu ajaa, kalau Wind-Up Bird sih berat menurutku wkwkw

      Huwaaa thank you so much, Kak Reka 🤗 It means a lot 😳

      Hapus
    2. MC itu loh Lii tokoh utamanya, wkwkwk. Gara-gara baca bukunya kah? Tapi masih untung 600an halaman ya, kalo beli yang versi indonesia kayaknya sih bakalan berbulan-bulan 😂

      Sama-sama Lia. Aku suka karena ulasannya singkat, buatku sendiri bikin ulasan yang agak pendek gitu susah banget Lol

      Hapus
    3. Oalah! Aku baru ngeh! Maksudnya Main Character ya 🤣 #plakk. Efek tadi pagi pas balas baru bangun, jadi otak belum nyambung 😂.
      Yess, yang hilang istrinya MC 😂. Kalau di Norwegian Wood, yang hilang itu crush-nya MC, di Kafka itu ibu dan anak yang terpisah. Semua hubungannya dekat-dekat 😂

      Kalau baca yang versi Indonesia, kayaknya bisa lebih dari setengah tahun 🤣. Apa kabar buku 1Q84 yang ada 3 jilid ya 😭

      Wkwk kok kita kebalikan Kak 🤣, aku bikin yang panjang malah susah 🤣. Bisa panjang kalau ditambah sinopsis, cuma khawatirnya kalau aku jabarin sinopsisnya di sini, pembaca udah keburu pusing duluan 🤣

      Hapus
  6. aku belum pernah selesai baca haruki,banyak yg bilang bagus. tapi kenapa saya ngantuk banget ya mbakk kalo bacanya hikssss

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha kebanyakan buku Murakami alurnya lambat, Kak. Jadi memang bikin ngantuk kalau belum ketemu bagian gregetnya 🤣

      Hapus
  7. Wait Li. Izinkan menjabarkan teori yang saya punya .

    607 halaman dibagi 2 = 303.5 lembar 🤔. Kemarin nulis artikel PIK kira2 selembar selesai 3 hari. Total estimasi waktu yg diperlukan semisal saya baca buku ini adalah 303.5 lmbar dikali 3 hari = 910 hari. Wedjaaannn HAMPIR 3 TAHUN 🤯

    Mundur Ton, MUNDUR!! Nggak cocok kita dimari. 🤫 Jangan ditemenin, mereka pecinta buku ternyata..! We don't belong here.. wkwk

    Mending lanjut main PS aja kita Ton.. 🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwk atuh lama banget 3 tahun, apa nggak keburu lupa Drew? 🤣. Tapi aku rasa, nggak mungkin lah baca 1 lembar sampai 3 hari, 1 lembar 1 hari lah, eh tapi itu juga masih hampir 2 tahun ya kalau 1 lembar sehari 🤣 #plakk

      Sok lah kita main PS bareng aja. Mau main apa? Fifa? 🤣

      Hapus
    2. Apaan nih, gue dibawa2? Kelar gue mah Poy, 607 halaman doang!!. Kalau Lia bisa selesai dalam waktu 4 bulan. Gue selesai dalam waktu 4 minggu. *baca kata pengantarnya doang. Wkwk

      Main CTR aja gimana Li.?
      Coba Li kasih tau kita motivasi dan tips biar lancar menjalin hubungan dengan buku? Haha

      Hapus
    3. Wkwk kata pengantarnya di-skip aja atuh, Toni 🤣. Langsung gaspol ke ending aja, 4 minggu mah akan berlebih 🤭

      CTR nih game balapan yak? Kalau iya, hayukkk! Aku lebih suka game balapan atau pukul-pukulan kayak Street Fighter wkwk.

      Waduh, apa ya 😂. Yang paling utama sih, dimulai dari genre yang kira-kira disuka ajaa. Kalau baca buku sulit, baca komik atau webtoon aja. Sama aja kok menurutku, sama-sama "baca" wkwk.

      Kalau komik/webtoon, suka nggak?

      Hapus
    4. Masalahnya mereka tuh nggk suka baca Li 😛😎 brosur PIK kemarin aja malah dibuat pesawat terbang 😒😏🤭 wkwkwkwk hohoho

      Btw game Lia agak barbar yah. Street fighter 😅. Main PUBG juga nggak Li? Si Stark udah hatam sama game ini.

      Hapus
    5. Wkwkw kebiasaan emang! Kalau bukan pesawat, biasanya jadi kipas ya 🤣.

      Soalnya kalau Street Fighter gitu yang dibutuhkan hanya kebar-bar-an dalam memencet stik 🤣. Lebih barbar, lebih tinggi kesempatan menang 🤣
      Kalau main PUBG, aku cupu Bayu. Kebanyakan ngendognya dibanding nembak wkwk. Main Mobile Legend atau Wild Rift aja yuk kalau mau 😂

      Hapus
    6. Ujung2nya dipungut bayu, terus jadi wadah tulang ayam. Wk!

      Hiburan banget baca komen kaya gini. "Ngendogg" smpe guling-guling saya Li. Setipe brrti sama si gendut kalau main PUBG. Yang lain sibuk nyari musuh, dia malah sibuk nyari tempat ngumpet. Lah, disangka main petak umpet.

      Hapus
    7. Wkwk lebih parah lagi! 🤣

      IYA ITU AKU BANGET DONG! Udah sibuk sendiri nyari tempat ngumpet, terus pas ketemu musuh bukannya nembak malah teriak duluan + kabur 🤣🤣. Hedehh, jantungan pokoknya kalau main PUBG 😂.

      Hapus
    8. Toss dulu lahh Li.. 😅 main PUBG tuh udah berasa kaya merjuangin hidup sendiri ya... haha😂
      Btw, Ini kenapa dari pembahasan buku jadi melipir ke game coba.. 🤣🤣 uis lahh, mau berangkat gawe dlu.

      Hapus
    9. wkwkwk sama gw juga gitu kalo main pubg ato ff, kalo ada musuh gw tinggal kabur sambil nembak gaje :D

      Hapus
    10. @Bayu: Wkwk iya jadi melenceng jauh ya 🤣 tapi nggak apa, seru kok bahasnya 🤣. Semangat kerjanya, Bayu!

      @Khanif: 🤣🤣 sama persis dong! Udah gitu nembaknya brutal tak terarah pula 🤣 yang kayak kita gini biasanya jadi santapan lezat para musuh wkwk

      Hapus
  8. 600an dan bahasa inggris, kayany aku klo baca ini bakal lamaaaa bgd deh 😆😅
    Aku suka buku yg bikin kebayang2 gt. Krna mnrt aku buku yg bagus ga melulu yg mind blowing, tp buku yg feel ny lama tertinggal di hati dan kepala.
    Makasii buat reviewny Lia. Aku udah lama panasaran sama buku2ny Murakami. Tp nanti mau beli yg terjemahannya aja lah 😆😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kak Thessa, terjemahan Indonya lebih ngeri lho jumlah halamannya 🤪. Nggak mau baca yang versi Inggris aja? 🤪
      Betulll! Setuju banget sama Kak Thessa. Nggak melulu mesti mind blowing atau plot twist, cukup bisa meninggalkan kesan mendalam aja udah bagus menurutku 😍 karena susah kan untuk bisa mencapai titik itu.

      Hapus
  9. Liaaaa, tebel banget buku yang dirimu baca...
    607 halaman, emejing. Sejujurnya, k'Ike belum pernah baca buku setebal itu..
    dan blm pernah membaca buku Murakami ini. Seandainya pun k'Ike baca buku ini, mungkin selesainya bertahun :D

    Terima kasih Lia ats info bukunya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kak Ike, nggak akan sampai bertahun-tahun deh bacanya, soalnya ceritanya seru 🤭. Aku sendiri lebih suka buku yang tipis-tipis Kak 🤣 kalau baca buku yang tebel suka ngos-ngos-an di jalan wkwk

      Hapus
  10. Kalo jadi pembaca bukunya Murakami tuh kesannya kayak jadi pembaca level diataas gitu ya, hehe.. soalnya semua yang pernah baca murakami tuh senada kalo bukunya terbilang berat tapi terasa keren... gimana ya ngejelasinnya? hahaha

    Makanya, demi ingin terlihat keren juga akunya, aku pengen punya satu buku murakami tapi isinya yg light, jadi kafka on the shore ini bisakah kunikmati?

    Tapi murakami juga bikin buku yg kumpulan cerpen itu kan? baguskah? Lia pernah baca?

    oia, keren banget sih Lia ngereviewnyaaa.... sedepppp, asik aja gitu ngebacanya...

    Oke deh, itu aja dulu yang mau aku komentari
    have a lovely weekend Liaaa....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwk aku ngerti Kak Ady, tapi nggak lah, nggak bisa dibilang kelas atas atau kelas berat. Menurutku buku Hujan Bulan Juni baru bisa dibilang kelas berat 🤭. Itu berat banget... Diksinya 😂

      Mudah-mudahan bisaa, lebih seru kalau Kafka menurutku. Buku cerpen Murakami yang Men Without Women ya? Aku belum baca Kak 😂 but udah ada di rak, jadi hopefully soon bisa dibaca 🙈. Nanti kalau aku udah baca, aku review di blog deh hihihi

      Aaah Kak Ady bisaan aja muji mulu wkwk, but thank you anyway atas apresiasinya 😁. Have an awesome weekend, Kak! 😁

      Hapus
    2. Jadi kapan mau fotoin tumpukan buku-bukunya, pengen tahu udah sebanyak apa :D

      Hapus
    3. Wkwk sedikit Kak Adyy, cuma 30an paling 😂 nggak sebanyak itu kok, percaya deh 🤣
      Harus nyari background yang oke dulu nih buat foto 🤣

      Hapus
    4. kok baru 30an? jadi masih lebih banyak baca yang versi digital berarti ya?
      iya gpp lia, i'm just kidding... tapi tetep penasaran. 30an buku fisik itu apa aja ya? pasti semuanya worth to keep, collectible item. hehe

      Hapus
    5. Karena beberapa buku yang dulu aku punya udah aku jual/kasih ke orang Kak hahaha. Terus awal tahun 2020 hanya sisa 13 buku, sampai sekarang bisa 30an itu kebanyakan buku-buku hasil timbunan yang dibeli dan belum kebaca 🤣. Pastinya buku-buku yang nggak akan aku baca ulang, nggak akan aku simpan soalnya tempat penyimpanan di rumahku nggak besar 😂
      30-an itu buku fisik ajaaa, digitalnya ada beberapa aja, juga ada yang aku baca dengan sistem pinjam seperti di Gramedia Digital, itu belum masuk hitungan 🤣

      Hapus
  11. rating nya 4 dari dari 5 berarti bagus dong mbak, cuma kalo baca buku agak tebalan gitu rada males ya, apalagi yang orang super sibuk seperti gw heheheh.. sok menyibukan diri ah padahal isinya di rumah tidur :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwk tidur juga suatu kesibukkan lho 🤣. Mungkin Khanif bisa coba baca bukunya lewat audiobook? Jadi sambil tiduran, sambil denger didongengin gitu 🤭. Tapi kuat nggak kalau begini? Takutnya baru 5 menit, Khanif udah melayang wkwk

      Hapus
    2. ya boleh juga sih, cuma feelnya lebih enak kalo baca hohoho :D..

      Hapus
  12. Terima kasih ulasannya, Lia! Glad you enjoy the book.

    Aku sempat coba baca buku Murakami dulu (novel IQ84), tapi sayang kurang cocok dengan gaya penulisannya jadi belum coba lagi. Mungkin aku akan coba dari memoar beliau dulu karena karya fiksinya kurang cocok :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi Kak Farah, thank you for coming! 😁. Menurutku memang nggak semua orang bisa cocok dengan buku-buku Murakami hahaha, tapi Kak Farah hebat, pertama kali baca langsung yang 1Q84 😳 itu kan tuebel sekali~

      Hapus
  13. Ini buku Murakami pertama yg ku baca (ongoing), makanya baca blog post ini rada cepet takut kena spoilerrrr 🤣

    Tapi sejauh ini aku enjoy dgn gaya kepenulisannya walaupun terkesan sangaaat lambat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwk Intan, aku nggak nulis spoiler sama sekali kok, tenang aja, jadi bisa bacanya pelan-pelan 🤣

      Semangat membacanya, Intan! Semakin akhir, semakin magical 😁

      Hapus
  14. Aku belum pernah baca bukunya Haruki Murakami. Tapi sepertinya aku kurang tertarik kak, bisa lama banget baca buku ini selesainya. Atau sekedar baca diawal dan nggak selesai akhirnya :D
    Tapi entah nanti ya kak, siapa tau berubah pikiran hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi Kak Zakia 😁. Hahaha nggak apa kalau belum tertarik, mungkin suatu hari nanti akan tertarik 🤭, soalnya kalau dipaksakan malah nanti jadinya nggak kebaca sama sekali, sayang uangnya 🤣

      Hapus
  15. Ulasan yang bagus, ngga ada spoiler nya. Sambil baca saya malah mau nanya, ini happy ending atau sad ending, wkwk.

    Belum pernah baca buku pengarang ini, tapi jadi nambah wawasan setelah baca reviewnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku bahkan bingung buku ini bisa dibilang happy atau sad ending, Kak Nisa 🤣.

      Hapus
  16. wah, seru juga nih buku... udh lama jg sih aku gak baca buku.. coz lg demen nonton filem skrg..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah berubah interestnya ya, Kak 😁. Suka nonton film genre apa?

      Hapus
  17. 1-1 nya novel Jepang yang pernah aku baca itu judulnya: Out, penulis natsuo kirino.

    Tp ini ttg thriller Li :D. 4 wanita, kehidupannya miris dan banyak masalah, ga sengaja salah satunya membunuh Suami ato pacarnya yg suka kdrt. Supaya ga ketahuan dia minta bantuan dgn iming2 uang, utk memutilasi suaminya, dan potongannya disebar kemana2. Tp ternyata ketahuan juga :D.

    Yg aku suka dr penulis Jepang, dia itu bisa detiiiiiiil banget kalo menjelaskan sesuatu. Bagian mutilasi sampe dijelasin ada bagian2 tubuh yg susah dipotong. Baunya kayak apa dll. Aku jujur lgs mual hahahahaha. Tp memang kan thriller begini yg aku suka dr dulu Li :D.

    Blm prnh baca sih buku penulis Jepang yg lain. Aku ga masalah kalo alurnya lambat, asal bisa dapet feel-nya makin lama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kak Fanny, bukunya sadis banget 🤣 kayaknya kalau habis baca buku itu, aku bisa nggak nafsu makan karena sekarang baca cerita Kakak aja, aku udah eneg 🤣. Tapi aku lihat, buku ini bintangnya cukup tinggi di Goodreads, hampir 4, wow!

      Nah ituu, yang aku suka juga sama seperti yang Kakak bilang. Mereka bisa jelasin detil banget, nggak tahu deh pas penelitiannya gimana apalagi masalah potong-memotong 🤣.

      Sekarang lagi hitz AsianLit nih, Kak. Makin banyak buku-buku penulis Jepang dan Korea yang bermunculan dan rata-rata genre mystery. Kak Fanny mungkin bisa menemukan yang di suka 😁

      Hapus
  18. aku belum pernah baca :D
    kalau dari cuplikannya boleh juga inti ceritanya, tapi kalau bahasa inggris bakalan luama aku nyelesainnya ini
    dan memang ya kalau aku baca buku bahasa inggris, yang mana awal awal pembahasannya aku merasa berattt dan mikir gitu, tapi kalau udah enjoy baca jagi nge-gas aja bacanya :D

    duhh kira kira si nenek kemana ya hahaha, ga ada bocoran kunci jawaban gitu kah ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kak Inun, ada versi terjemahannya juga, tapi jumlah halamannya lebih banyak, 900an 🤣. Jadi kalau dihadapkan dengan dua pilihan gini, Kak Inun akan lebih memilih yang mana? Wkwk.

      Betul bingit. Kalau baca Bahasa Inggris, awal-awal butuh adaptasi jadi terasa berat, kalau udah klik langsung bisa gaspol huahaha

      Hapus
  19. Kalau baca nama Haruki Murakaminya sudah nggak asing, tapi aku belum pernah nyobain baca bukunya. Palingan begini baca ulasan dari orang-orang yang sudah baca, lumayan lah ya ��

    Tapi liat halaman buku ini jadi ngosngosan duluan, hahaha...

    Sementara aku baca ulasan dari blog teman-teman aja dulu, sampai terkumpul energi buat baca lagi. Entah kapan ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwk Kak Pipit mungkin bisa mulai dari bukunya yang tipis-tipis dulu. Aku lebih rekomendasiin baca Norwegian Wood/Kafka On The Shore duluan, atau coba baca kumcernya yang disukai lebih banyak orang 😁

      Hapus
  20. Enan ratus tujuh halaman tuh kayak buku sejarah yang masuk ke reading listku tahun ini tapi belum kesentuh sama sekali😂😂😂

    Aku belum pernah baca satu pun karya Harumi Murakami Li, temenku ada yang suka sama bukunya dia. Kayaknya tipe buku yang mikir semua ya tulisan Harumi Murakami ini?

    BalasHapus
    Balasan
    1. 607 halaman buku sejarah?! Ampun Kak Endah, aku nggak kuat wkwk. Untuk novel yang menyentuh 600-an halaman aja, aku udah engap bacanya, terus bayangin 600 halaman buku sejarah, aku pengin jadiin bantal aja 🤣. Judul bukunya apa itu Kak? *tetep kepo*

      Iya, bikin mikir tapi kalau dipikirin malah jadi pusing sendiri karena nggak masuk diakal. Nah lho, jadi gimana lho? 🤣

      Hapus
    2. 🤣🤣🤣 judulnya Gun, Germs, and Steel, kamu pasti pernah denger judul itu. Apa jangan-jangan malah udah pernah baca?

      Lhah...berat dan abstrak dong maksud tulisannya😮

      Hapus
    3. Belum pernah baca, Kak Endah 🤣. Tolong kalau Kakak udah selesai baca, bikin reviewnya di blog ya wkwk

      Hapus
  21. Karena merasa familiar sama nama pak haruki murakami saya searching dulu dan ternyata penulis norwegian wood ya. Saya nggak baca bukunya tapi nonton filmnya🙈
    Dari review mbak lia di atas udah kedengaran menarik sih, walaupun halamannya lumanyan banyak ya. Malahan kalau genrenya agak nggak masuk akal tuh jadinya seru menurut saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi Kak Triaa, apa kabarnya? 😁. Iyaa, Murakami itu yang menulis Norwegian Wood. Aku ingat Kak Tria pernah bilang udah nonton filmnya waktu itu 🤭
      Kalau yang ini, aku nggak tahu udah dijadikan film atau belum, tapi kalau jadi film kayaknya nggak terlalu greget karena nggak banyak adegan actionnya 🤣
      Wkwk seru karena jadi disuruh mikir ya, Kak?

      Hapus
  22. Belum pernah baca, Li. Tapi menurutku dari sinopsis yang kamu bawakan itu menarik banget. Dari awalnya mencari kucing, berakhir dengan mencari istrinya sendiri. Apakah kucing yang hilang adalah suatu suasana yang dibangun si istri untuk bisa melarikan diri? Ataukah si istri diculik oleh orang yang kebetulan nyolong kucingnya terlebih dahulu? Sumpah, baca sinopsisnya aja udah bikin aku penasaran cerita ini bakal di bawa kemana. 😆

    Tapi entah kenapa baca bagian2 dan bab2nya, sepertinya ini buku halamannya buanyak banget. Dan sepertinya aku bakal butuh banyak niat buat bacanya 🤣. Kayaknya aku tandai dulu, deh. Kalau niat udah terkumpul, baru beli atau cari2 buku ini dulu di perpustakaan. 🤭

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayoo hayoo jadi penasaran kan Kak Roem? 😜. Memang kalau lihat jumlah halamannya bikin jiper duluan 🤣 harus ada niat yang besar untuk bacanya. Iya dicatet dulu aja, siapa tahu suatu hari nanti Kak Roem mulai merambah ke dunia Murakami, Kakak udah tahu harus baca buku apa aja 🤭

      Hapus
  23. Membaca review ini jadi kangen baca buku lagi hahaha belakangan sibuk nonton deh 😆😆

    Kayaknya sekalipun aku blm pernah baca karyanya Murakami lho 🙈 ~a confession to make

    Tapi baca review ini pengen baca bangwt Lia,, genre realm ini selalu menarik sih, karena kita bisa ngayal sengayal2nya pas baca, jadi sewruuu. Keren euy ulasan kamu Lia! Ditunggu ulasan buku berikutnyaaa 🤠🤠

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwk ayo Kak Kartika baca buku lagi 🤭. Nggak apa kalau belum pernah baca Murakami~ aku tetap akan berteman dengan Kak Tika kok 🤭. Kalau Kak Tika suka genre magical realm, kapan-kapan boleh nih baca karya Murakami, siapa tahu Kakak jadi suka hihihi. Terima kasih udah mampir ke sini Kak 💕 Siaap! Nanti pasti akan ada racun buku lainnya hihihih

      Hapus
  24. Lama juga kamu baca sampai 4 bulan. Tapi waktu kenalan sama Murakami yang Norwegian Wood, saya mandek hampir 6 bulan. Ditelan depresi. Magis banget itu efeknyalah. Bisa gitu mengubah orang bahagia sampai murung, bahkan depresi. Oke, malah keluar topik.

    Saya membaca buku yang Wind-Up Bird ini sekitar satu bulanan deh. Dari November sampai Desember 2018. Terus, kalau enggak salah ingat, 2019 muncul terjemahannya. Udah capek-capek baca versi Inggris, banyak kata yang sulit dipahami, kok bisa-bisanya enggak lama kemudian rilis versi Indonesia. Tahu begitu mah saya nunggu aja. XD Tapi ya enggak apa, sih, saya jadi belajar melancarkan baca buku bahasa lain selain bahasa ibu.

    Gaya bercerita Murakami ini memang selalu detail (ciri khas penulis Jepang kayaknya suka banget sama hal-hal kecil, sampai deskripsinya terasa lengkap gitu), cuma kelemahan dia tuh selalu memberikan lubang ke sebagian karakter. Dibiarkan menghilang tanpa kejelasan. Di novel Sputnik kan ada juga cewek yang tiba-tiba gaib. Kasihan juga saya sama tokohnya. Kalau enggak bunuh diri, ya menghilang gitu aja. :(

    Di buku ini bagian bahas perangnya bersama kolonel atau siapalah itu, cukup membosankan, sampai-sampai lebih dari sekali saya pilih jeda gara-gara topik itu. Saya baru mulai lancar bacanya lagi yang ada si gadis SMA, May (semoga betul namanya). Pokoknya si protagonis sampai masuk ke sumur gitu. Ujungnya surat-suratan dan di akhir malah bikin jengkel karena terkejut akan faktanya.

    Entah kenapa waktu si karakter mengisolasi dirinya di sumur, saya betul-betul kebawa efeknya. Merasa kesepian. Saya jadinya dalam sebulan baca buku itu juga jarang banget keluar rumah, malas ketemu manusia, sekalipun situasinya belum pandemi.

    Saya setuju mendingan Dunia Kafka kalau mau memulai kenalan sama karya Murakami yang realisme magis. Lebih asyik juga. Atau sekalian cerpen-cerpennya buat permulaan, sih. Haha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buku Murakami yang ini benar-benar berat buatku, Kak Yoga 😂 makanya sampai habis 4 bulan karena kena reading slump hahaha. Banyak banget yang bilang efek Norwegian Wood ngena banget bagi pembacanyaa, ternyata Kak Yoga termasuk yang salah satunya ya. Jujur, aku termasuk yang enjoy baca Norwegian Wood meskipun itu buku pertamaku saat kenalan dengan Murakami, tapi rasanya buku ini yang paling normal dibanding 3 lainnya yang aku pernah baca hahaha.

      Keren! Baca buku ini dalam 1 bulan bakal jadi perjuangan berat buat diriku 🤣. Iya, aku sempat tertarik buat beli yang versi terjemahan, apalagi waktu itu diskon 50% wkwk tapi lihat jumlah halamannya, udah pengin pingsan duluan 😂, walaupun versi Bahasa Inggrisnya juga bikin pengin pingsan 🤣

      Setuju sama gaya penulisan beliau. Sampai bisa bikin merinding banget waktu adegan penceritaan kembali zaman perang, apalagi prosesi pengulitan itu, bikin nggak nafsu makan habis baca 😂 bahkan sekarang kalau keinget lagi juga bikin nggak nafsu, entah imajinasiku yang terlalu berlebihan atau memang Murakami terlalu jago dalam menulis yang demikian hahaha. Sputnik malah aku belum baca, is it worth to read? Sejujurnya aku penasaran sama What I Talk About What I Talk About Running. Kak Yoga udah pernah baca?

      Sama! Aku juga merasakan efeknya 😂 dari pas diceritakan si kolonel masuk ke sumur sampai karakter utama mengisolasi diri sendiri di sumur, aku benar-benar merasakan efek kesepiannya, kegelapannya, rasa terisolasinya. Bikin nyesek sendiri kalau buatku 😂. Kalau dipikir-pikir, Murakami effect sebegitu dalamnya yaa. Nggak heran kalau bagi banyak orang, Norwegian Wood bikin depresi bangettt.

      Setuju! Aku cukup enjoy baca Kafka dan kayaknya karya yang ini lebih masuk untuk banyak orang. Kak Yoga udah pernah baca buku Murakami yang judulnya apa aja? Kumcer yang Men Without Women katanya baguss juga, udah ada di tumpukan fisikku tapi belum kesentuh setelah dilepas segelnya 😂

      Hapus
    2. Mungkin saya kaget kali, ya, karena dulu sukanya baca buku komedi atau yang motivasi. Pokoknya lebih senang haha-hihi dan disemangati. Belum suka waktu itu mengonsumsi yang berat-berat, toh emang baru menginjak usia 20. Begitu usia 21 (kan suka ada tuh konteks mengonsumsi sesuatu minimal 21+), saya berniat kenalan sama sastra terjemahan, yang topiknya lumayan berat (dikasih tau temen cuma soal kematian, enggak tau kalau matinya itu bunuh diri), kok malah begitu banget efeknya. Kaget aja asli bisa-bisanya menyelami perasaan si tokoh Watanabe, sampai yang dia berkabung jadi gelandangan. Dalem banget di bagian itu. Sial, saya malah bahas Norwegian Wood kan.

      Kebetulan saat itu memang lagi doyan-doyannya baca Murakami. Jadi bisa sebulanan. Kalau enggak jeda di bagian perang, mungkin 2-3 minggu beres. XD

      Itu memang karena penulisnya mendetail, jadi si pembaca bakal jadi berimajinasi segitunya. Itulah kenapa dia bisa semagis itu rasa tulisannya bagi sebagian pembaca. Haha.

      Agak-agak lupa yang mana aja. Kayaknya lebih dari 9 deh. Baiklah, saya coba ingat-ingat. Dari yang Trilogi Rat, saya udah baca Dengarlah Nyanyian Angin dan Pinball. Itu berarti sisa yang terakhir doang, Sheep apa gitu belum.

      Itu kan baru dua ya, selanjutnya: Norwegian Wood, Dunia Kafka, Kronik Burung Pegas, Tsukuru Tanpa Warna, Sputnik, Strange Library, Blind Willow, After the Quake, dan What I Talk udah juga. Kira-kira sebelas itu.

      Sputnik worth it, kok, dan buat saya lebih enak buat dikelarin. Secara lebih tipis juga. Bagian yang saya suka, ada tokoh yang bermasalah dengan dunia kepenulisan, jadi merasa relevan gitu dan tau-tau sudah tamat. Gimana kecemasan maupun ketakutan si tokoh yang menjalani kegiatan menulis ini mungkin yang bikin saya suka banget. Tapi lagi-lagi, kayak yang saya komentari, cukup jengkel ketika ada tokoh yang menghilang. Haha.

      Lanjut pertanyaanmu soal WITAWITAR (sengaja disingkat biar enggak kepanjangan), itu nonfiksi yang menarik tentang kebiasan dia berlari. Terus ada salah satu bab, yang mana si Murakami bikin analogi menulis novel kayak berlari maraton. Butuh ketahanan kuat, dan yang terpenting butuh persiapan yang sangat matang sebelum benar-benar berlari. Makanya kan banyak penulis yang enggak sanggup ngelarin novel, sebab kehabisan napas duluan, bahkan pingsan. Mereka cuma mampu berlari jarak pendek, alias baru mampunya bikin cerpen.

      Asyiklah pokoknya, Li. Kamu mesti coba baca.

      Yang Men Without Women belum pernah baca lengkap, tapi setau saya ada 1-2 cerpen terjemahannya di internet deh. Jadi itu aja yang saya baca.

      Sejujurnya, sementara ini belum tertarik lagi, sih, baca Murakami. Karena sebelumnya sempat kayak muak saking kebanyakan kena efek sedihnya. 😂

      Oh iya, kamu boleh juga coba baca Murakami satunya yang Ryu. Terasa lebih lugas penuturannya. Atau kamu malah udah pernah baca, ya?

      Hapus
    3. Wow, peralihan yag sangat drastis untuk genre membacanyaa, pantas kalau merasakan efek yang begitu dalam begitu membaca Norwegian Wood hahahaha. Tapi kelihatannya Kak Yoga nggak kapok baca karya Murakami lainnya 🤭 dan untung saja nggak kapok karena buku-bukunya bagus-bagus kan 😍

      Aku juga stuck di bagian perang itu!! Yang sebenarnya kalau nggak diceritakan juga nggak pengaruh ke cerita utamanya tapi ceritanya tetap dibuat sedetil itu sampai bisa bikin pembaca ngeriii. Saluut!!

      Kalau dari buku-buku yang Kak Yoga udah baca, aku baru baca 3 yang pertama 😂. Aku ingin baca semua bukunya tentunyaaa! Ditambah baca cerita dari Kakak, makin bikin pengin bacaaa!! Kak Yoga baca WITAWITAR versi Indonesia atau English? Kalau versi Indonesia, aku ingin tahu apakah terjemahannya enak untuk dibaca? Secara untuk non-fiksi, aku prefer baca yang versi Indonesia biar lebih paham hahaha.

      Memang membaca Murakami harus siap mood dan mental 🤣. Aku juga belum lanjut baca lagi karena belum siap huahaha. Aah~ senang rasanya bertemu dengan teman penikmat buku Murakami jugaa 😁 Terima kasih Kak sudah main sampai ke postingan ini hahahaha

      Belum pernah 😂 tapi pernah lihat bukunya di toko buku. Sempat bertanya-tanya apakah Ryu ada hubungan darah dengan Haruki 😂. Untuk buku Ryu Murakami, Kak Yoga ada rekomendasi nggak? Would love to hear that!

      Hapus
    4. Saya kalau lagi suka sama seorang penulis, entah kenapa mencoba melahap habis karya dia sebanyak-banyaknya sampai merasa 'Ah, kayaknya udah cukup deh. Mari ganti penulis lain.' Semacam itu, Li. Makanya seolah-olah enggak kapok banyak baca tulisan Murakami saat itu. Mungkin waktu itu kesedihan juga bisa terasa nikmat kali, ya? Seperti ujaran Mbak Linda Christanty lewat salah satu tokoh di cerpennya: 'Kesedihan ternyata bisa menimbulkan orgasme juga.' XD

      Kalau belakangan ini saya lagi suka Bolaño, dan itulah kenapa di blog sering menyebut nama dia, dan sesekali iseng menerjemahkan. Ini sepertinya bakal melahap banyak karya dia juga.

      Dua-duanya saya baca. Di ingatan saya tentu lebih enak versi Indonesia karena saat itu kemampuan memahami bahasa Inggris belum sebaik sekarang. Terjemahan Bentang yang kovernya putih dan teks hitam itu buat saya termasuk oke dan enak dibaca, Li. :D

      Sama-sama, Li. Toh, saya cuma komentar akan hal yang saya paham aja, sih. Kebetulan dulu gandrung sama Murakami.

      Enggak ada hubungan darah sama sekali, kok. Itu kebetulan aja sama. Haha. Saya baru pernah baca buku beliau empat doang: In the Miso Soup, Tahun 69, Coin Locker Babies, dan Tokyo Decadence (kumcer).

      Kalau mau memulai mending dari yang tipis dulu, ya. Antara Tahun 69 atau Miso. Tapi berhubung Miso ini genrenya thriller, dan udah gitu si tokoh utamanya memiliki pekerjaan sebagai pemandu wisata malam buat pengunjung yang pada mau main ke kelab/pub Jepang (seingat saya ada bagian yang cukup vulgar), kadang ragu mau rekomen ke orang. Haha. Mana efek mencekamnya lantaran adegan pembunuhan itu bisa kebawa mimpi, bahkan mimpi buruk.

      Terus kalau Tahun 69 ini semacam genre coming of age. Seingat saya, sih, tentang kenakalan masa SMA menjelang lulus gitu (si protagonis kelas 3 SMA). Dari mulai ide ngadain semacam pentas seni, lalu juga ada masa-masa diskors karena melakukan pemberontakan di sekolah. Termasuk lebih ringan pembahasannya. Tapi saya jelas lebih suka yang Miso.

      Terkait cerpennya, mirip-mirip sama Haruki dari gaya cerpen yang lumayan panjang, bedanya si Ryu ini ceritanya realis, bukan sureal. Kalau kepengin tahu contoh tulisannya, saya sempat menerjemahkan satu cerpennya yang berjudul: 'Setiap Kali Saya Menafsirkan Pengakuan Anda'. Semoga enggak buruk-buruk amat terjemahan saya karena ketika itu masih termasuk awal-awal belajar. Haha. XD

      Hapus
    5. Kak Yoga terima kasih banyak atas pembahasannya 🙏. Baru saja aku dari blog Kak Yoga dan sudah mengumpulkan link-link cerpen terjemahan Kakak untuk nantinya aku baca 😁.
      Dibilang thriller dan bisa membuat mimpi buruk, kok aku malah jadi tertarik untuk bacanya 🤣. Kalau mengenai Vulgar, aku masih kuat bacanya dibanding pembunuhan yang terlalu sadis karena ini lebih menempel diingatan 😂. Terima kasih juga atas rekomendasi-rekomendasinya 🙏
      Psss, akupun pernah mengalami masa-masa dimana suka 1 penulis dan terus menerus membaca semua karya-karyanya sampai habis wkwkwk. Dan kalau Kak Yoga penasaran dengan siapa penulis yang aku maksud, jawabannya adalah Dee Lestari *padahal nggak ada yang nanya* 🤣

      Hapus

Words of The Dreamer. Theme by STS.
My Melody Is Cute