Seminggu ini ada 2x kejadian yang mencengangkan terjadi di depan mataku. Hmhm, apakah terlalu berlebihan ya untuk disebut mencengangkan? Tapi memang benar tercengang gitu pas lihat kejadian tersebut berlangsung щ(゜ロ゜щ)
Kejadian pertama. Lokasi di kebun kosong dekat BKT (Banjir Kanal Timur), ada bapak-bapak yang lewat sambil naik motor dan bawa buntelan hitam, lalu melempar buntelan tersebut ke kebun kosong itu, lalu jalan aja terus tanpa rasa bersalah.
Reaksiku pas lihat kejadian itu
(ノ`Д´)ノ彡┻━┻
Kenapa orang kalau lihat kebun kosong langsung latah sih pengin buang sampah aja gitu bawaannya 😅
Kejadian kedua. Lokasi masih di BKT. Ibu-ibu yang tinggal di dekat lokasi, bawa buntelan hitam, lalu melempar buntelan tersebut hingga melambung setinggi mungkin melewati pohon pisang dengan harapan bisa langsung terjun masuk ke kanal yang airnya sedang mengalir cantik.
Reaksiku pas lihat kejadian itu (┛✧Д✧))┛彡┻━┻ *lebih geram*
Benar-benar geram banget! Ceileh geram lho bahasanya. Memang sih kejadian seperti ini bukan suatu hal yang asing lagi, tapi kali ini udah ke-trigger banget buat cerita soal hal ini.
Sedikit informasi, air yang mengalir di BKT ini berlabuh di laut daerah Tj.Priok, jadi jangan heran kalau laut sekitaran sana terdapat banyak buntelan hitam yang tersangkut di pintu air dan bau udaranya semakin tidak karuan.
Nggak cuma buntelan hitam, ada juga yang merah, putih, bahkan ada sofa dan spring bed yang nyangkut di pintu air.
Iya, spring bed! Alamak, bingung banget kenapa buang spring bed ke air ya.
Mungkin sang pemilik kasihan sama ikan-ikan di laut yang tidurnya tidak beralaskan kasur, jadi karena tingginya empati yang dimiliki, makanya dia menghanyutkan spring bed miliknya ke air dengan harapan kelak para ikan bisa tidur dengan nyaman. Yay! ಠ_ಠ
maaf sarkas soalnya udah nggak tahan lagi 🤣
Pernah ada satu kejadian, saat itu aku sedang berada di sebuah warung di pinggir jalan raya, setelah selesai beristirahat di sana, aku membereskan tissue bekas pakai yang aku gunakan dan mencari-cari tempat sampah di dekatku karena aku mau buang sampah tissue tersebut.
Lalu, sang ibu penjaga warung yang sadar kalau aku lagi celingak-celinguk mencari tempat sampah, dengan baik hati berkata "buang di situ aja dek!" Sambil menunjuk ke sampingku yang ternyata ada kotak besar yang setara dengan trotoar dan terbuka, aku pikir ini tempat sampah tapi pas aku lihat itu adalah
GORONG-GORONG! Ya! saluran air!
Dengan airnya yang masih mengalir dan agak hitam itu.
Yakali buk, masa saya buang ke sana. Dalam hati aku berkomentar demikian.
Reaksiku kaget dan mengurungkan niat, lalu ibu penjaga warung yang melihat reaksi kagetku, dengan semangat dan baik hati bilang "nggak apa dek! Buang di situ aja!".
Terus apakah aku mengikuti kata-kata ibu tersebut? Maaf meskipun harus durhaka, aku lebih baik nggak buang tissue bekasku ke sana.
Aku geleng-geleng kepala dan bilang "tidak usah bu, terima kasih" tidak lupa pakai smiley senyum 😊
lalu pergi dan akhirnya aku taruh tissue tersebut di motor, dan aku buang di tempat sampah setibanya di rumah.
Benar-benar setiap mengingat kejadian ini, aku cuma bisa kaget, bingung dan ngerasa lucu.
Kaget karena disuruh buang sampah di gorong-gorong.
Bingung karena gorong-gorong = tempat sampah.
Lucu karena disuruh buang sampah di gorong-gorong yang dikira fungsinya sama seperti tempat sampah.
Meskipun hanya segumpal tissue bekas, aku benar-benar nggak tega banget kalau harus buang ke selokan. Mau itu airnya ngalir atau tidak, benar-benar rasa bersalah itu muncul seandainya aku buang sampah ke selokan karena sedari kecil aku udah diajari untuk buang sampah pada tempatnya, dan aku rasa semua umat manusia juga mendapatkan pengetahuan yang sama akan hal ini.
Lalu, kenapa orang-orang bisa tega membuang sampah sampai sebuntel kantong plastik, bahkan sofa dan spring bed ke air atau kebun kosong? Apa tidak ada rasa bersalah di hatinya?
Padahal, di dekat kebun kosong tersebut, seandainya si bapak mau maju sedikit saja, di sana ada TPS, lho. Padahal, di dekat rumah ibu yang tinggal di pinggir BKT, kalau mau mundur sedikit, di sana ada TPS juga, lho 😅
Karena TPS ini adanya di tengah-tengah lokasi si bapak dan ibu yang membuang sampah tidak pada tempatnya ini.
Jadi teringat satu kejadian lucu lagi. Di satu kebun kosong di pinggir BKT (iya, BKT lagi, kok demen amat ya buang sampah di pinggiran BKT), banyak bertumpuk-tumpuk buntelan hitam, merah, putih, bening, pampers bayi, dll. Padahal di lokasi tersebut sudah dituliskan "DILARANG BUANG SAMPAH DI SINI" dengan huruf super besar sampai papan tempat tulisan itu berdiri penuh. Tapi, makin lama, sampahnya malah semakin banyak sampai pada akhirnya ada tulisan tambahan di papan itu "YANG BUANG SAMPAH DI SINI DISUMPAHIN KENA PENYAKIT MEMATIKAN". Lalu, apakah ngaruh? Sedikit.
Mengingat dan melihat kejadian seperti ini, membuat aku jadi bertanya-tanya.
Apa yang salah? Dimana letak kesalahannya?
Apakah mereka yang berlaku seperti itu, benar-benar tidak tahu dampaknya?
Apakah edukasi yang diberikan kurang luas? Sehingga tidak menjangkau semua masyarakat?
Apakah orang-orang tersebut memang bodo amat dengan lingkungan meskipun udah tahu dampaknya?
Sangat bingung dan nggak tahu harus berbuat apa juga. Aku cuma bisa mengingatkan aja untuk teman-teman yang membaca tulisanku ini,
Yuk! Jangan buang sampah sembarangan! Buanglah pada tempat sampah yang sudah disediakan. Bukan di air atau kebun kosong tapi di tempat sampah yang sebenarnya, yang memang fungsinya menampung sampah.
By the way, mau berterima kasih juga sama bapak-bapak atau ibu-ibu yang berprofesi sebagai pengangkut sampah rumahan atau yang berkutat dengan sampah. Terima kasih atas jasamu yang sudah mau membantu mengurus sampah. Upahmu besar pak/bu 🙏🏻
Menurut teman-teman,
Apa sih yang salah atas perilaku membuang sampah tidak pada tempatnya ini?
Ceileh, nulis panjang nih ceritanya. Berapa kata ya ini?
*Efek habis baca post kak Anton.
The dreamer.
Edited by me.